Uncategorized

Anak Adalah Tabungan Akhirat – Tabungan Amal Bagi Orangtua

share

Setiap manusia akan menghadapi kematian, karena ia adalah takdir yang tidak bisa dihindari, sedangkan dunia adalah tempat untuk menabung dan mengumpulkan amalan sebanyak banyaknya, karena keinginan setiap orang adalah tujuan yang satu, yaitu kembali ke Rabb-nya dalam keadaan husnul khotimah dan masuk kedalam jannah FirdausNya.

Setelah seorang muslim memahami betul hakikat hidup di dunia, dirinya akan fokus untuk melakukan kebaikan dan amal-amal soleh. Ia akan berusaha memperbanyak bekal untuk kematian.

Hanya ternyata ada amalan-amalan utama, yang apabila dilakukan akan senantiasa mengalir terus pahalanya meski kita sudah tiada. Inilah amalan yang cocok untuk menjadi tabungan akhirat kita. Karena meski seseorang telah tiada (meninggal dunia) maka ia akan terus mendapatkan pahalanya.

Baginda Nabi dalam haditsnya yang masyhur menyampaikan berita gembira tentang ‘tabungan akhirat’ ini. Dalam riwayat Imam Muslim Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلا مِنْ ثَلاثَةٍ إِلا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

“Apabila seorang manusia mati maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara. Yang pertama sedekah jariyah. Yang kedua, ilmu yang diambil manfaatnya. Ketiga, anak shalih yang selalu mendoakan kedua orang tuanya.”

  1. Anak adalah Tabungan Akhirat
    Memiliki seorang anak yang soleh merupakan anugerah yang setiap orang inginkan. Bahkan Nabi dalam sabdanya mengatakan bahwa memiliki anak soleh yang mendoakan kedua orang tuanya termasuk dalam amalan yang akan terus mengalir meski seorang telah meninggal dunia. Mengapa demikian?

Anak soleh yang senantiasa mendoakan kedua orang tuanya agar selalu mendapatkan kebaikan dan keberkahan menunjukkan bahwa anak tersebut dididik dengan baik oleh kedua orang tuanya. Jerih payah orang tuanya semasa hidup telah melahirkan seorang anak soleh yang siap taat kepada Allah. Karena itulah sudah selayaknya orang tua mendapatkan kebaikan yang serupa.

  1. Ilmu yang Bermanfaat
    Ilmu yang bermanfaat juga menjadi salah satu amalan yang senantiasa mengalir terus menerus. Seseorang yang memiliki ilmu lalu ia mengamalkan ilmunya dan mengajarkannya kepada orang lain, dan orang yang ia ajarkan akhirnya mengikutinya, maka bagi yang mengajarkan mendapatkan pahala.Dan pahala tersebut akan terus mengalir selama orang tersebut mengamalkan apa yang telah diajarkan padanya. Mengenai keutamaan ilmu ini, Nabiyullah Muhammad mengatakan dalam sabdanya,

مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ

“Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya” (HR Imam Muslim no 3509).

  1. Sedekah Jariyah
    Dalam hadits tentang tabungan akhirat diatas, salah satu amalan yang pahalanya tidak terputus meski ia telah meninggal dunia ialah sedekah jariyah.

Secara bahasa sedekah berasal dari bahasa arab ‘shodaqoh’ yang bermakna pemberian. Adapun jariyah bisa diartikan dengan mengalir. Sehingga secara bahasa sedekah jariyah artinya sedekah yang mengalir (terus-menerus).

Perlu dipahami, ada perbedaan antara sedekah biasa dengan sedekah jariyah. Suatu sedekah dapat dikatakan jariyah apabila sedekah tersebut dapat terus memberikan manfaat kepada orang lain meski sang pemberi tidak ada. Ini disebabkan sesuatu yang disedekahkan masih memberikan manfaat dalam durasi waktu yang lama.


Karena itulah sedekah jariyah diidentikkan dengan barang-barang, bangunan, yang manfaatnya terus bisa diambil. Adapun contoh sedekah jariyah seperti memberikan harta untuk pembangunan masjid, sekolah, rumah sakit dan sebagainya. Sedekah jariyah tidak memandang banyak sedikitnya harta, berapapun jumlah harta diperbolehkan. Karena titik tekannya ada pada keikhlasan pelaku dan kebermanfaatan barang.

Selama seseorang bersedekah harta yang selalu dapat diambil manfaatnya, dan dirinya melakukan hal tersebut ikhlas karena Allah, tidak mengharapkan imbalan apapun melainkan dari Allah, maka insyaAllah selama harta tersebut dimanfaatkan, selama itu pula ia akan senantiasa mendapatkan pahala dari Allah. MasyaAllah.

Adab Terhadap Guru - Adab Kepada Guru - Tata Krama dengan Guru

Adab Terhadap Guru – Adab Kepada Guru – Tata Krama dengan Guru

share

Guru adalah salah satu komponen penting dalam keberlangsungan pembelajaran, dan sejatinya murid dengan guru akan selalu berinteraksi, oleh karena itu ada adab-adab tertentu yang harus diperhatikan seorang murid terhadap gurunya sebagaimana dinasihatkan oleh Imam al-Ghazali dalam risalahnya berjdudul al-Adab fid Din dalam Majmu’ah Rasail al-Imam al-Ghazali (Kairo, Al-Maktabah At-Taufiqiyyah, t.th., halaman 431) sebagai berikut:

“Adab murid terhadap guru, yakni: mendahului mengucapkan salam, tidak banyak berbicara di depan guru, berdiri ketika guru berdiri, tidak mengatakan kepada guru, “Pendapat fulan berbeda dengan pendapat Anda”, tidak bertanya-tanya kepada teman duduknya ketika guru di dalam majelis, tidak mengumbar senyum ketika berbicara kepada guru, tidak menunjukkan secara terang-terangan karena perbedaan pendapat dengan guru, tidak menarik pakaian guru ketika berdiri, tidak menanyakan suatu masalah di tengah perjalanan hingga guru sampai di rumah, tidak banyak mengajukan pertanyaan kepada guru ketika guru sedang lelah.”

Berikut adalah kesepuluh adab murid terhadap guru :

Pertama, mendahului mengucapkan salam. Seorang murid hendaknya mendahului mengucapkan salam kepada guru. Hal ini sejalan dengan hadits Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim bahwa yang kecil memberi salam kepada yang besar.

Kedua, tidak banyak berbicara di depan guru. Banyak berbicara bisa berarti merasa lebih tahu dari pada orang-orang di sekitarnya. Apa bila hal ini dilakukan di depan guru, maka bisa menimbulkan kesan seolah-seolah murid lebih tahu dari pada gurunya. Hal ini tidak baik dilakukan kecuali atas perintah guru.

Ketiga, berdiri ketika guru berdiri. Bila guru berdiri, murid sebaiknya lekas berdiri juga. Hal ini tidak hanya penting kalau-kalau guru memerlukan bantuan sewaktu-waktu, misalnya uluran tangan agar segera bisa tegak berdiri, tetapi juga merupakan sopan santun yang terpuji. Demikian pula jika guru duduk sebaiknya murid juga duduk.

Keempat, tidak mengatakan kepada guru, “Pendapat fulan berbeda dengan pendapat Anda.” Ketika guru memberikan suatu penjelasan yang berbeda dengan apa yang pernah dijelaskan oleh orang lain, sebaiknya murid tidak langsung menyangkal penjelasan guru. Sebaiknya murid meminta izin terlebih dahulu untuk menyampaikan pendapat orang lain yang berbeda. Jika guru berkenan, murid tentu boleh menyampaikan hal itu.

Kelima, tidak bertanya-tanya kepada teman duduknya sewaktu guru di dalam majelis. Dalam majlis ta’lim atau kegiatan belajar mengajar di kelas, murid hendaknya bertanya kepada guru ketika ada hal yang belum jelas. Hal ini tentu lebih baik daripada bertanya kepada teman di sebelahnya. Lebih memilih bertanya kepada teman dan bukannya langsung kepada guru bisa membuat perasaan guru kurang nyaman.

Keenam, tidak mengumbar senyum ketika berbicara kepada guru. Guru tidak sama dengan teman, dan oleh karenanya tidak bisa disetarakan dengan teman. Seorang murid harus memosisikan guru lebih tinggi dari teman sendiri sehingga ketika berbicara dengan guru tidak boleh sambil tertawa atau bersenyum yang berlebihan.

Ketujuh, tidak menunjukkan secara terang-terangan karena perbedaan pendapat dengan guru. Bisa saja seorang murid memiliki pendapat yang berbeda dengan guru. Jika ini memang terjadi, murid tidak perlu mengungkapkannya secara terbuka sehingga diketahui orang banyak. Lebih baik murid meminta komentar sang guru tentang pendapatnya yang berbeda. Cara ini lebih sopan dari pada menunjukkan sikap kontra dengan guru di depan teman-teman.

Kedelapan, tidak menarik pakaian guru ketika berdiri. Ketika guru hendak berdiri dari posisi duduk mungkin ia membutuhkan bantuan karena kondisinya yang sudah agak lemah. Dalam keadaan seperti ini, murid jangan sekali-kali menarik baju guru dalam rangka memberikan bantuan tenaga. Ia bisa berjongkok untuk menawarkan pundaknya sebagai tumpuan untuk berdiri; atau sesuai arahan guru.

Kesembilan, tidak menanyakan suatu masalah di tengah perjalanan hingga guru sampai di rumah. Jika ada suatu hal yang ingin ditanyakan kepada guru, terlebih jika itu menyangkut pribadi guru, tanyakan masalah itu ketika telah sampai di rumah. Tentu saja ini berlaku terutama kalau perjalanan dengan menaiki kendaraan umum.

Kesepuluh, tidak banyak mengajukan pertanyaan kepada guru ketika guru sedang lelah. Dalam keadaan guru sedang lelah, seorang murid hendaknya tidak mengajukan banyak pertanyaan yang membutuhkan jawaban pelik, misalnya. Dalam hal ini dikhawatirkan guru kurang berkenan menjawabnya sebab memang sedang lelah sehingga membutuhkan istirahat untuk memulihkan stamina.

Demikian kesepuluh adab murid terhadap guru sebagaimana dinasihatkan oleh Imam al-Ghazali.

Peran Pesantren di Indonesia - Peran Pesantren di Masyarakat - Peran Pesantren di Nusantara

Peran Pesantren di Indonesia – Peran Pesantren di Masyarakat – Peran Pesantren di Nusantara

share

Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan tertua di Indonesia yang memiliki peran penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Lembaga pendidikan ini layak diperhitungkan dalam pembangunan bangsa di bidang pendidikan, keagamaan, dan moral.

Dilihat secara historis, pesantren memiliki peran dan pengalaman luar biasa dalam membina, mencerdaskan, dan mengembangkan masyarakat Indonesia. Bahkan, pesantren mampu meningkatkan perannya secara mandiri dengan menggali potensi yang dimiliki masyarakat di sekelilingnya.

Pesantren telah lama menyadari bahwa pembangunan sumber daya manusia (SDM) tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga semua komponen masyarakat, termasuk dunia pesantren. Karena itu, sudah semestinya pesantren yang telah memiliki nilai historis dalam membina dan mengembangkan SDM ini terus didorong dan dikembangkan kualitasnya.

Dalam kondisi bangsa saat ini krisis moral, pesantren sebagai lembaga pendidikan yang membentuk dan mengembangkan nilai-nilai moral harus menjadi pelopor sekaligus inspirator pembangkit reformasi gerakan moral bangsa. Dengan begitu pembangunan tidak menjadi hampa dan kering dari nilai-nilai kemanusiaan.

Dalam eksistensinya, pesantren pada umumnya bersifat mandiri dan tidak tergantung pada pemerintah atau kekuasaan yang ada. Dengan sifat kemandiriannya inilah pesantren bisa memegang teguh kemurniannya sebagai lembaga pendidikan Islam. Pesantren pun tidak mudah disusupi oleh aliran atau paham yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.

Oleh karenanya, peran pesantren di Nusantara ini sangat amatlah penting.

Kajian Online - Pengajian Online - Kajian Parenting Islami

Kajian Online – Pengajian Online – Kajian Parenting Islami

share

Yuk Ikuti KaBar (Kajian Bareng) Utrujah Setiap Dua Pekan sekali Via Zoom Online!

Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap muslim, dan salah satu caranya adalah dengan menghadiri kajian rutin. Kajian ini sudah diikuti lebih daripada 160 orang, Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam KaBar Utrujah setiap dua pekan sekali, tepatnya setiap hari Jumat. Kajian ini adalah wadah untuk memperdalam ilmu agama, terutama untuk orangtua yang sedang bingung dan mendalami parenting zaman ini.

Kajian ini terbuka untuk siapa saja, baik yang baru belajar maupun yang ingin terus menambah ilmu. Selain ilmu yang bermanfaat, Anda juga bisa mempererat ukhuwah islamiyah. Dalam suasana penuh keberkahan, kita juga bisa berdiskusi dan bertanya langsung kepada Narasumber yang berpengalaman, yaitu Dukturoh Sarmini. Saat ini KaBar Utrujah sudah masuk di part 12, dan untuk setiap sesinya pastinya banyak ilmu yang bisa diambil, dan isinya “daging” semua.

“Barang siapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim).

“Jika seorang manusia meninggal, terputuslah amalnya, kecuali dari tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak shaleh yang berdoa untuknya.” (HR. Muslim)


“Ketahuilah bahwa sesungguhnya dunia itu terlaknat dan terlaknat pula isinya kecuali berdzikir kepada Allah dan ketaatan kepada-Nya, orang berilmu, dan orang yang belajar.” (Hasan: HR. At-Tirmidzi no. 2322).


“Sungguh kalian sekarang benar-benar berada di sebuah zaman yang banyak orang-orang faqihnya, sedikit para penceramahnya, banyak para pemberi, dan sedikit para peminta-minta. Amal di masa ini lebih baik daripada ilmu. Akan datang suatu zaman nanti di mana sedikit orang-orang faqihnya, banyak para penceramahnya, sedikit para pemberi, dan banyak para peminta-minta. Ilmu di masa itu lebih baik daripada amal.” (Shahih: HR. Ath-Thabrani no. 3111).

Jangan lewatkan kesempatan berharga ini! Catat waktunya dan ajak keluarga, teman, serta kerabat untuk bersama-sama menghadiri kajian ini. Semoga langkah kita dimudahkan menuju keberkahan Allah.

Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi [081336507210 : admin].

Uncategorized

Kedudukan Niat dalam Islam – Memperbarui Niat dan Meluruskannya – Keutamaan Niat dalam Islam

share

Niat merupakan inti dari setiap amal yang dilakukan oleh manusia. Dalam Islam, niat memiliki kedudukan yang sangat tinggi karena menjadi tolok ukur diterimanya suatu ibadah atau amal perbuatan. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang diniatkannya.” (HR. Bukhari dan Muslim). Hadits ini menegaskan bahwa niat yang ikhlas dan benar merupakan syarat mutlak bagi diterimanya amal di sisi Allah SWT.

Memperbaiki niat adalah keharusan setiap Muslim dalam menjalani hidup. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ
“Padahal mereka tidak diperintahkan kecuali supaya menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya dalam menjalankan agama yang lurus…” (QS. Al-Bayyinah: 5).

Ayat ini mengingatkan bahwa segala bentuk ibadah, baik yang bersifat ritual seperti sholat maupun yang bersifat sosial seperti membantu sesama, harus dilandasi dengan niat yang ikhlas karena Allah semata.

Namun, menjaga niat tetap lurus bukanlah perkara mudah. Setiap manusia rentan terhadap riya’ atau keinginan untuk pamer di hadapan orang lain. Oleh karena itu, seorang Muslim perlu senantiasa bermuhasabah atau introspeksi diri agar niatnya tidak tercampuri oleh hal-hal yang dapat merusak keikhlasan. Rasulullah SAW mengingatkan dalam sebuah hadits, “Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada bentuk tubuhmu dan tidak pula kepada rupamu, tetapi Dia melihat kepada hati dan amalmu.” (HR. Muslim).

Dalam kehidupan sehari-hari, niat yang benar dapat memberikan dampak besar, tidak hanya pada kualitas amal tetapi juga pada ketenangan batin. Ketika seseorang bekerja, belajar, atau berbuat baik dengan niat karena Allah, segala aktivitas tersebut berubah menjadi ibadah yang bernilai pahala. Bahkan, hal-hal kecil seperti tersenyum kepada orang lain atau membantu ibu dan ayah di rumah bisa menjadi amal yang diberkahi jika diniatkan karena Allah.

Oleh karena itu, penting bagi setiap Muslim untuk selalu memperbaiki niat dalam setiap langkah kehidupan. Dengan niat yang ikhlas, seseorang tidak hanya mendapatkan keridhaan Allah tetapi juga menjadi pribadi yang lebih tenang dan penuh makna. Sebagaimana yang diajarkan dalam Islam, mari kita jadikan niat sebagai pondasi utama dari segala perbuatan, sehingga hidup kita senantiasa berada dalam jalan yang diridhai-Nya.

Mari senantiasa memperbaharui niat agar Allah Ta’ala memberkahi setiap amal perbuatan kita. Amin.

Tujuan Menghafal Quran - Tujuan Menghafal Alquran - Tujuan Utama Menghafal Alquran

Tujuan Menghafal Quran – Tujuan Menghafal Alquran – Tujuan Utama Menghafal Alquran

A man reading the Quran on a smartphone inside a mosque, symbolizing modern technology meeting traditional faith.

share

Menghafal Al-Qur’an adalah suatu amalan yang mulia yang dapat diraih oleh semua umat muslim. Hampir dari semua kalangan berlomba lomba untuk dapat menghafalnya. Tidak tua, tidak muda, bahkan anak-anak pun tak jarang banyak dari mereka yang sudah menuntaskan hafalannya, bahkan lebih hebat daripada orang dewasa. Karena memang menghafal Al-Qur’an itu sebenarnya sangatlah mudah, sebagaimana Allah telah menjelaskan dalam firman-Nya yaitu:

وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْاٰ نَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُّدَّكِرٍ

Artinya: “Dan sungguh, telah Kami mudahkan Al-Qur’an untuk peringatan, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?.” (QS. Al-Qamar: 17)

Dari firman Allah di atas dijelaskan bahwa Allah telah memudahkan Al-Qur’an untuk dihafal dan Allah juga telah mempersiapkannya untuk mudah diingat bagi orang yang mau mengambil pelajaran. Bahkan ayat tersebut diulang sebanyak empat kali, ini menegaskan bahwasannya Al-Qur’an itu sangatlah mudah untuk dihafal. 

Hal itu karena Al-Qur’an adalah sebaik-baiknya perkataan, paling benar maknanya, dan paling jelas keterangannya. Selain mudah untuk dihafal, terdapat juga keutaman-keutamaan yang sangat luar biasa yang akan diperoleh oleh orang yang menghafal Al-Qur’an. Salah satunya adalah kelak di dalam surga akan diberikan derajat paling tinggi. Bahkan penghafal Al-Qur’an dapat memberikan mahkota di surga untuk kedua orang tuanya dan terbebas dari api neraka. 

Namun terkadang ada sebagian dari penghafal Al-Qur’an yang mengeluhkan bahwa menghafal itu sulit. Sebenarnya bukan kegiatan menghafalnya yang sulit, akan tetapi menjaganya, murojaahnya yang terasa sulit. Hanya orang-orang yang terpilihlah yang dapat menjaganya. Karena jika seseorang memilih untuk menghafal Al-Qur’an, maka dia harus siap untuk memuroja’ah seumur hidupnya. Karena seseorang yang berhasil dalam menghafal Al-Qur’an itu bukan dilihat dari seberapa banyak dia menghafal, tapi seberapa besar dia menjaga hafalannya. 

Tujuan daripada menghafal Al-Qur’an yaitu untuk menjadikan Al-Qur’an mudah membimbing kita dalam kehidupan, menjadikannya sebagai pedoman, penerang dalam kehidupan dan petunjuk untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Menghafal Al-Qur’an memang merupakan salah satu amalan yang seharusnya diniatkan semata-mata hanya karena Allah, bukan untuk yang lain. Ia akan menjadi benar-benar istimewa karena niatnya yang lurus. Dan sebaliknya, jika niatnya salah, pahala di akhirat nanti yang seharusnya sangat besar dan sangat mulia malah hanya seperti debu yang berterbangan, dan apa yang telah dilakukan di dunia hanyalah sia-sia. 

Untuk sahabat sekalian yang mempunyai keinginan untuk menghafal Al-Qur’an, maka wujudkanlah itu merupakan keinginan yang sangat mulia. Namun sebelum memulai menghafal alangkah baiknya meluruskan dan memperbaiki niat yang lurus ikhlas karena Allah semata. Agar Al-Qur’an selalu tertanam dalam diri kita dan dapat menjadi teman untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.

Metode Baca Alquran - Metode Baca Alquran Cepat - Cara Baca Alquran Pemula

Metode Baca Alquran – Metode Baca Alquran Cepat – Cara Baca Alquran Pemula

share

Alquran adalah Kalamullah yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW sebagai petunjuk untuk seluruh manusia. Sebagai umat islam sudah seyogyanya kita bisa dan mampu untuk membaca alquran karena bacaan dari sholat juga berasal dari Alquran. Sedangkan sholat merupakan ibadah wajib bagi setiap muslim. Jika sebagai pemula, maka kita perlu mencari metode ataupun cara baca alquran yang mudah dan cepat untuk bisa kita praktekkan.

Salah satu metode yang sedang viral saat ini adalah metode Utrujah. Metode Utrujah adalah metode cepat membaca dan menghafal alquran dengan mudah yang ditemukan oleh DR. Sarmini. Metode ini menggunakan media flashcard dan poster untuk pembelajarannya. Metode ini bisa digunakan untuk usia dini hingga dewasa.

DR. Sarmini telah menulis buku khusus yang membahas terkait metode Utrujah untuk masyarakat luas untuk mempermudah mereka mendalami metode ini, judul bukunya adalah Semangat Khatam Quran. Dan juga beliau aktif dalam memberi pelatihan untuk yang ingin mempelajari metode cepat baca dan hafal alquran ini.

Metode Utrujah ini bukan hanya sekedar teori, karena metode ini sudah diterapkan kepada anak anak beliau dan juga sudah dipakai di beberapa lembaga yang tersebar di seluruh Indonesia.