Golongan Yang Tidak Dapat Ampunan - Orang Rugi di Ramadhan

Golongan Yang Tidak Dapat Ampunan – Orang Rugi di Ramadhan

share

Ramadhan akan segera berakhir. Akankah kita menjadi orang beruntung atau sebaliknya di bulan berkah ini? Mereka yang merayakan Idul Fitri adalah yang menempa dirinya untuk betul kembali fitrah setelah melewati serangkaian ujian dan pendidikan.

Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan Imam Ahmad, ketika Rasulullah SAW akan menaiki mimbar untuk khutbah Jum’at, pada anak tangga pertama beliau mengucapkan aamiin.Ketika naik pada anak tangga kedua beliau juga mengucapkan aamiin, begitu juga pada anak tangga ketiga beliau mengucapkan aamiin.

Setelah selesai shalat, para sahabat kemudian bertanya, ”Wahai Rasulullah, mengapa engkau mengucapkan amin pada anak tangga pertama sampai ketiga ?”

Rasulullah SAW menjawab, “Pada anak tangga pertama aku mengucapkan amin, karena malaikat Jibril membisikkan kepada ku, celakalah dan merugilah orang yang ketika disebut namamu wahai Muhammad, dia tidak bershalawat kepadamu.”

“Celakalah dan merugilah orang yang tinggal bersama kedua orang tuanya tetapi tidak membuatnya masuk surga.”

Dan pada anak tangga ketiga aku mengucapkan amin, karena malaikat Jibril membisikkan kepadaku,

“Celakalah dan merugilah orang yang melaksanakan ibadah shaum di bulan Ramadhan, tetapi Allah tidak mengampuni dosa-dosanya.” Lalu siapa saja golongan yang merugi di bulan Ramadan?

Berikut 5 golongan orang yang merugi di bulan Ramadan menurut Rasulullah”:

  1. Orang yang menganggap biasa bulan Ramadan

Tidak ada yang berbeda seperti bulan lainnya sampai Ramadhan berlalu, tentu ini sebuah kerugian yang besar, ia sama sekali tidak menganggap istimewa puasa dan merasakan manfaat bulan suci Ramadhan.

  1. Orang yang Tiba-tiba Berubah Alim hanya pada Bulan Ramadan

Jika nanti selesai Ramadhan manusia itu kembali berbuat maksiat kepada Allah melepas hijab dan tidak lagi ke masjid hingga meninggalkan shalat

  1. Orang yang Sebatas Menahan Lapar dan Dahaga

Golongan yang ketiga adalah orang yang hanya menahan hawa lapar dan haus saja. Ia tidak merasa bersalah dan berdosa ketika melakukan kemunkaran, menggunjing, menyebar fitnah dan menghina.

Dan pada saat ramadhan tiba, kebiasaan buruk itu tidak juga berubah sehingga Ramadhan tidak membawa pengaruh bagi kehidupannya sehari-hari.

  1. Orang yang Tidak Memanfaatkan Waktu di Bulan Ramadan

Mereka yang tidur pada siang hari di bulan suci ramadhan serta bergadang dan melakukan hal yang sia-sia pada malam harinya itu adalah golongan yang merugi.

  1. Orang yang Tetap Melakukan Maksiat di Bulan Ramadan

Selama bulan Ramadan terdapat banyak amal yang jika dikerjakan akan menyebabkan mendapat ampunan dari Allah SWT seperti amal puasa.

Maka kesempatan mendapatkan ampunan di bulan ini tidak boleh kita sia-siakan mari kita laksanakan seluruh ibadah di bulan suci yang tinggal beberapa hari lagi dengan sebaik-baiknya, melaksanakan shaum dengan sebaik-baiknya.

Keutamaan Malam Lailatul Qadr - Amalan Malam Lailatul Qadr

Keutamaan Malam Lailatul Qadr – Amalan Malam Lailatul Qadr

share

Apa Itu Malam Lailatul Qadar?
Lailatul Qadar berasal dari bahasa Arab (ليلة القدر) yang berarti Malam Kemuliaan atau Malam Ketetapan. Malam ini disebut dalam Al-Qur’an sebagai malam yang penuh berkah dan lebih baik dari seribu bulan.

Keutamaan Malam Lailatul Qadar :
Malam Lailatul Qadar memiliki banyak keutamaan yang dijelaskan dalam Al-Qur’an dan hadis Nabi Muhammad SAW.

  1. Lebih Baik dari Seribu Bulan
    Ibadah pada malam ini memiliki pahala setara dengan ibadah selama 83 tahun lebih.
  2. Malam Penuh Keberkahan dan Keampunan
  3. Turunnya Malaikat Membawa Kedamaian
    Pada malam ini, malaikat turun membawa rahmat dan berkah bagi orang-orang yang beribadah.
  4. Doa di Malam Ini Mustajab
    Rasulullah SAW mengajarkan doa yang dianjurkan untuk dibaca saat malam Lailatul Qadar:

“Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anni.”
“Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun, dan Engkau menyukai pengampunan, maka ampunilah aku.”
(HR. Tirmidzi)

Amalan yang Dianjurkan Saat Malam Lailatul Qadar :

  1. Shalat Malam (Qiyamul Lail)
    Shalat tahajud, shalat witir, dan shalat lainnya sangat dianjurkan untuk mendapatkan pahala besar.
  2. Membaca Al-Qur’an
    Perbanyak membaca dan mentadabburi Al-Qur’an sebagai bentuk penghormatan terhadap malam turunnya wahyu.
  3. Berzikir dan Memohon Ampunan
    Banyak-banyak berzikir dan membaca doa yang diajarkan Rasulullah SAW.
  4. Bersedekah
    Memberikan sedekah pada malam ini akan dilipatgandakan pahalanya.
  5. I’tikaf di Masjid
    Rasulullah SAW selalu melakukan i’tikaf di 10 hari terakhir Ramadhan untuk mendapatkan Lailatul Qadar.

Mari manfaatkan 10 malam terakhir Ramadhan dengan sebaik-baiknya. Semoga kita termasuk dalam golongan orang-orang yang mendapatkan kemuliaan Lailatul Qadar. Aamiin.

Tips Liburan Ala Santri - Mengisi Liburan Agar Berkah

Tips Liburan Ala Santri – Mengisi Liburan Agar Berkah

share

Liburan akan segera tiba, inilah salah satu momen yang paling ditunggu oleh para rantauan termasuk juga para santri, dimana selama berbulan bulan telah menjalankan aktivitasnya jauh dari orangtua dann kampung halaman.

Tentunya, selain kedatangan para santri yang ditunggu di rumah masing masing, ilmu dan kebiasaan mereka pun akan tercermin ketika pulang dari pesantren, nah supaya liburan santri semakin berkah dan bermanfaat, ada beberapa tips yang bisa diterapkan :

1. Silaturahmi
Menjaga hubungan dengan berkunjung atau sekadar bermain ke rumah saudara, sepupu, sahabat bahkan para Guru dan tokoh di kampung halaman. Kepada mereka tanyakan kabar, memohon nasehat, membantu apa yang perlu dibantu.

      2. Kontribusi di Masyarakat
      Turut memberikan kontribusi adalah wujud amal shalih yang bisa dirasakan manfaatnya oleh orang lain. Kontribusi di sini bersifat umum, bisa apa saja yang penting bermanfaat. Misal ikut kerja bakti, menginisiasi bersih-bersih masjid/ mushalla dengan mengajak teman, atau bersama komunitas pemuda/i setempat.

      3. Murojaah : Sudah selayaknya, apa yang sudah dihafalkan dari ayat alquran dimurojaah setiap harinya, sehingga tidak menjadi lalai dengan hafalan yang dimiliki. Selain murojaah alquran juga bisa mengkaji ulang kitab ataupun pembelejaran yang telah diajarkan di pesantren. Supaya lebih bermanfaat, juga bisa mengajarkan kepada kerabat atau saudara sekitar.

      4. Amal Sholih : Menyibukkan diri dengan kegiatan-kegiatan yang positif dan bermanfaat dapat mengurangi potensi diri untuk melakukan hal-hal negatif dan kontra produktif yang terkadang bukan hanya merugikan diri sendiri akan tetapi juga orang lain.

      Nuzulul Quran - Keistimewaan Nuzulul Quran

      Nuzulul Quran – Keistimewaan Nuzulul Quran

      share

      Nuzulul Quran merupakan peristiwa penting dalam sejarah umat muslim dunia. Allah SWT memerintahkan Malaikat Jibril untuk menyampaikan wahyu kepada Nabi Muhammad SAW secara berangsur selama 23 tahun.  Peristiwa turunnya ayat pertama Alquran terjadi pada 17 Ramadan saat Rosulullah SAW menyendiri di Gua Hira pada usia 40 tahun.

      secara garis besar, peristiwa diturunkan Al-Qur’an dengan dua proses. Pertama,  Allah SWT menurunkan Al-Qur’an dari Lauh Mahfudz ke Baitul Izzah atau Langit Dunia. Kedua, Allah SWT menurunkan Al-Qur’an dari Baitul Izzah kepada Nabi Muhammad SAW.

      Turunnya Al-Qur’an dari Lauh Mahfudz ke Baitul Izzah inilah yang disebut sebagai Lailatul Qadar. sedangkan dari Baitul Izzah ke Bumi disebut dengan Nuzulul Qur’an.

      Keistimewaan Al-Qur’an atas dahsyatnya peristiwa Nuzulul Quran :

      Al-Qur’an adalah firman Allah SWT dengan seluas hikmah dan keistimewaan telah menuntun manusia kepada ketakwaan dan keimanan yang baik. Penjelasan tersebut terdapat dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 185:

      شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ

      Artinya: “Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil).”

      Al-Qur’an merupakan kitab suci terakhir yang Allah SWT turunkan ke dunia, Al-Qur’ sebagai penyempurna dan pembenar kitab suci sebelumnya.Keistimewaan Al-Qur’an lainnya adalah sebagai Syifa’an atau obat penyembuh dari berbagai problematika, penyakit, halangan, dan rintangan yang dihadapi oleh manusia.  

      Al-Quran didalamnya mengandung motivasi, nasihat, peringatan bahkan ancaman bagi seseorang yang mengalami kebingungan atau masalah dalam hidup.Alquran juga petunjuk bagi seluruh umat manusia. Apabila petunjuk tersebut pahami dengan baik maka bisa mengantarkan manusia  pada ketakwaan dan kebahagian hidup di dunia dan akhirat.

      Semua hal yang berinteraksi dengan Al-Qur’an menjadi istimewa. Contohnya Nabi Muhammad SAW adalah manusia yang menerima Al-Qur’an menjadi manusia yang paling mulia, Malaikat Jibril adalah malaikat yang membawa Al-Qur’an menjadi malaikat yang paling mulia.

      Begitu juga dengan bulan suci Ramadan, bulan yang didalamnya turunnya Al-Qur’an menjadi bulan yang mulia dan istimewa. 

      Sejarah Sholat Tarawih - Hukum Sholat Tarawih

      Sejarah Sholat Tarawih – Hukum Sholat Tarawih

      share

      Bulan Ramadhan menjadi bulan penuh berkah bagi umat Islam. Pada bulan ini, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak ibadah kepada Allah Swt. Terutama shalat tarawih. Shalat ini merupakan salah satu ibadah untuk menghidupkan bulan Ramadhan pada malam hari.

      Shalat tarawih memiliki keutamaan yang memang ditemukan landasannya dari sabda Nabi Muhammad Saw:

      مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

      “Barangsiapa ibadah (tarawih) di bulan Ramadhan seraya beriman dan ikhlas, maka diampuni baginya dosa yang telah lampau” (HR al-Bukhari, Muslim, dan lainnya).

      Shalat tarawih merupakan shalat khusus pada malam hari di bulan Ramadhan. Waktu pelaksanaan shalat tarawih yaitu setelah shalat Isya’ dan sebelum shalat witir. Hukum melaksanakan shalat tarawih adalah sunnah bagi kaum laki-laki dan perempuan, di antaranya berdasarkan hadits yang disebutkan di atas.

      Sejarah Shalat Tarawih

      Shalat tarawih menjadi shalat yang dilakukan hanya pada bulan Ramadhan. Dan shalat tarawih ini dikerjakan oleh Nabi Muhammad SAW pada tanggal 23 Ramadhan tahun kedua hijriyah. Pada masa itu, Rasulullah Saw mengerjakan shalat tarawih tidak selalu di masjid, terkadang juga dilakukan dirumah.

      Nabi Muhammad Saw memang pernah melaksanakan shalat tarawih pada malam awal-awal bulan Ramadhan. Hingga akhirnya, saat melihat antusiasme yang begitu tinggi dari para sahabat-sahabat. Nabi justru mengurungkan niatnya datang ke masjid pada hari ketiga atau keempat.

      Ada dua sebab mengapa Rasulullah tidak selalu melaksanakan shalat tarawih di masjid. Pertama, bisa jadi karena Rasulullah khawatir, karena sewaktu-waktu Allah menurunkan wahyu yang mewajibkan shalat tarawih kepada umatnya. Tentu hal tersebut akan memberatkan umat generasi berikutnya yang belum tentu memiliki semangat yang sama dengan para sahabat Nabi itu. Kedua, Rasulullah takut timbulnya salah persepsi di kalangan umat, bahwa shalat tarawih wajib karena merupakan perbuatan baik yang tak pernah ditinggalkan Rasulullah saw.

      Shalat Tarawih pada Masa Abu Bakar dan Umar Shalat tarawih adalah bagian dari shalat sunnah mu’akkadadah (shalat sunnah yang sangat dianjurkan). Jumlah rakaat shalat tarawih adalah 20 rakaat tanpa witir, sebagaimana yang telah dikerjakan Sayyidina Umar bin Khattab dan mayoritas sahabat lainnya yang sudah disepakati oleh umatnya. Kesepakatan itu datang dari mayoritas ulama salaf dan khalaf, mulai masa sahabat Umar sampai sekarang ini, bahkan ini sudah menjadi ijma’ sahabat dan semua ulama mazhab: Syafi’i, Hanafi, Hanbali, dan mayoritas mazhab Maliki.

      Di kalangan mazhab Maliki masih ada ikhtilaf (perbedaan pendapat), antara 20 rakaat dan 36 rakaat, berdasar hadist riwayat Imam Malik bin Anas radliyallahu ‘anhu bahwa Imam Darul Hijrah Madinah berpendapat shalat tarawih itu lebih dari 20 rakaat sampai 36 rakaat: “Saya dapati orang-orang melakukan ibadah malam di bulan Ramadhan, yakni shalat tarawih, dengan tiga puluh sembilan rakaat—yang tiga adalah shalat witir.”

      Imam Malik sendiri memilih 8 rakaat tapi mayorits Malikiyah sesuai dengan pendapat mayoritas Syafi’iyyah, Hanabilah, dan Hanafiyyah yang sepakat bahwa shalat tarawih adalah 20 rakaat, hal ini merupakan pendapat yang lebih kuat dan sempurna ijma’-nya. Pada masa Khalifah Abu Bakar radliyallahu ‘anhu, umat Islam melaksanakan shalat tarawih secara sendiri-sendiri (munfarid) atau berkelompok tiga, empat, atau enam orang.

      Saat itu belum ada shalat tarawih berjamaah dengan satu imam di masjid. Ketetapan tentang jumlah rakaat shalat tarawih pun belum tertuang secara jelas. Para shahabat ada yang melaksanakan shalat 8 rakaat kemudian menyempurnakan di rumahnya seperti pada keterangan di awal. Shalat tarawih berubah keadaannya ketika Umar bin Khattab berinisatif untuk menggelarnya secara berjamaah, setelah menyaksikan umat Islam shalat tarawih yang tampak tak kompak, sebagian shalat secara sendiri-sendiri, sebagian lain berjamaah.

      Dari sini sudah sangat jelas bahwa pertama kali orang yang mengumpulkan para sahabat untuk melaksanakan shalat tarawih secara berjamaah adalah Sayyidina Umar bin Khattab, salah satu sahabat terdekat Nabi. Jamaah shalat tarawih pada waktu itu dilakukan dengan jumlah 20 rakaat. Sebagaimana keterangan: عَنْ يَزِيدَ بْنِ رُومَانَ قَالَ: كَانَ النَّاسُ يَقُومُونَ فِي زَمَنِ عُمَرَرضي الله عنه فِي رَمَضَانَ بِثَلاَثٍ وَعِشْرِينَ رَكْعَةً “Dari Yazid bin Ruman telah berkata, ‘Manusia senantiasa melaksanakan shalat pada masa Umar radliyallahu ‘anh di bulan Ramadhan sebanyak 23 rakaat (20 rakaat tarawih, disambung 3 rakaat witir),” (HR Malik).

      Para ulama mazhab Hanbali mengatakan, ‘Hal sudah menjadi keyakinan yang masyhur di masa para sahabat, maka ini merupakan ijma’ dan banyak dalil-dalil nash yang menjelaskannya.” (Mausû’ah Fiqhiyyah, juz 27, h. 142).

      Shalat tarawih dan witir menjadi istimewa bukan hanya karena dilaksanakan pada bulan suci Ramadhan, tapi juga lantaran keduanya dilakukan pada malam hari. Dalam Islam, di sela Ramadhan dikenal peristiwa Lailatul Qadar atau malam yang disebut lebih baik dari seribu bulan. Artinya, pelaksanaan shalat tarawih dan witir, juga ibadah-ibadah lain di malam Ramadhan, merupakan kesempatan untuk meraup berlipat pahala, keutamaan dan keberkahan. Semoga kita semua dapat istiqamah menjalankannya. Wallahu a’lam bish shawab.

      Waktu Mustajab Untuk Berdoa - Waktu Terbaik Terkabulnya Doa

      Waktu Mustajab Untuk Berdoa – Waktu Terbaik Terkabulnya Doa

      share

      Berdoa kepada Allah Swt sangatlah penting bagi umat Islam. Dalam Al Quran, Allah Swt bahkan menganjurkan hamba-Nya untuk berdoa. Sebab, orang yang tidak berdoa termasuk dalam orang yang sombong.

      وَالَّذِيْنَ يُؤْتُوْنَ مَآ اٰتَوْا وَّقُلُوْبُهُمْ وَجِلَةٌ اَنَّهُمْ اِلٰى رَبِّهِمْ رٰجِعُوْنَۙ ۝٦٠

      Artinya: “dan orang-orang yang melakukan (kebaikan) yang telah mereka kerjakan dengan hati penuh rasa takut (karena mereka tahu) bahwa sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhannya.” (QS Al Mu’minun: 60)


      Berdoa dapat dilakukan kapan saja, tetapi ada beberapa waktu tertentu yang dipercaya membuat doa lebih mudah dikabulkan.

      Berikut waktu-waktu utama agar doa cepat terkabul.

      1. Sepertiga malam terakhir
        Waktu mustajab untuk berdoa pertama adalah pada sepertiga malam terakhir, waktu ini merupakan waktu yang penuh berkah karena Allah Swt turun ke langit dan mengabulkan setiap doa hamba-Nya yang sedang berdoa.
      2. Malam Lailatul Qadar
        Banyak muslim juga percaya berdoa pada malam Lailatul Qadar dapat membuat doa lebih mudah dikabulkan. Malam Lailatul Qadar adalah waktu ketika kitab suci Al-Quran diturunkan ke dunia.
      3. Antara adzan dan iqomah
        Waktu terbaik untuk berdoa juga ketika jeda antara adzan dan iqomah.
      4. Saat sujud
        Waktu terbaik selanjutnya adalah saat posisi sujud.
      5. Waktu turun hujan, berdoa ketika hujan juga sangat dianjurkan karena hujan merupakan nikmat dari Allah Swt.
      6. Waktu berbuka puasa
        Waktu ijabah untuk memanjatkan doa-doa salah satunya adalah saat menjelang berbuka puasa.

      Terkabulnya doa orang yang berpuasa disebabkan kuatnya unsur kedekatan diri kepada Allah SWT serta jauh dari godaan syahwat.

      Keistimewaan Takwa - Cara Menggapai Takwa

      Keistimewaan Takwa – Cara Menggapai Takwa

      share

      Allah SWT menjelaskan bahwa kemuliaan seseorang dihadapan-Nya tidak dilihat seberapa kekayaannya, sebagus apa raut wajahnya atau setinggi apa kekuasaan dan pangkatnya. Tetapi seberapa derajat ketakwaannya kepada Allah SWT, sebagaimana firman Allah:

      يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

      Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Q.S. Al-Hujurat: 13)

      Kemuliaan manusia dihadapan Allah dilihat dari kualitas ketakwaannya kepada Allah yang itu dapat dicapai melalui usaha yang dilakukan manusia.Kata takwa secara bahasa berarti terpeliharanya diri untuk tetap taat melaksanakan perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangan-Nya.

      Orang yang bertakwa adalah orang yang selalu berhati-hati menjaga setiap tutur kata dan perilakunya dari setiap hal yang dilarang atau dimurkai Allah. Pada saat yang sama setiap perbuatan yang dilakukan menjadikan Allah ridha kepadanya.

      Ali bin Thalib mengatakan, Takwa adalah tidak mengulang- ulang perbuatan maksiat, dan tidak terperdaya dengan merasa puas melakukan ketaatan”. Sebagian ulama juga mendefinisikan Takwa dengan mencegah diri dari adzab Allah dengan membuat amal sholeh dan takut kepada-Nya dikala sepi atau terang-terangan.

      Ali bin Abi Thalib mengatakan, orang bertaqwa kepada Allah akan senantiasa memiliki empat sifat yang melekat pada dirinya yaitu:

      Pertama, Al-Khaufu Minal Jalil (taqwa itu akan menjadikan seseorang merasa takut kepada Allah swt yang memiliki sifat Jalal). Dengan adanya rasa takut kita kepada Allah yang mempunyai sifat Jalal ini menjadikan kita untuk berpikir kembali atau mempertimbangkan terlebih dahulu untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang Allah Ta’ala.

      Kedua, Wal ‘amalu bit tanzil (beramal dengan dasar al-Qur’an dan as Sunnah). Dengan adanya pedoman hidup berupa Al-Quran dan As-Sunnah yang telah diturunkan oleh Allah dan ditinggalkan Rasulullah ﷺ tentunya menjadikan kita tidak melakukan suatu perbuatan tanpa mengetahui dalil/dasarnya atau biasa disebut taqlid buta.

      Ketiga, Al-Qana’atu bil Qalil (menerima terhadap yang sedikit). Setiap orang yang bertaqwa akan selalu merasa cukup dengan rizki yang sedikit, sesungguhnya orang yang memiliki rizqi yang sedikit dan merasa cukup dengan rizqi tesebut adalah bukti sekaligus tanda bahwa orang itu dicintai oleh Allah Ta’ala.

      Keempat, Al-isti’dadu li yaumir rakhil (bersiap-siap menghadapi hari perpindahan). Perpindahan dari alam dunia ke alam kubur lalu alam akhirat. Artinya segala amal orang yang bertaqwa senantiasa dalam rangka menyiapkan diri akan hadirnya hari kematian. yaitu hari keberangkatan dari alam dunia menuju alam akhirat.

      Begitu beratnya menjadi orang bertakwa, Allah SWT menjanjikan keutamaan yang sangat besar, salah satunya sebagaimana firman Allah SWT:

      وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا

      Dan barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar          

      (QS. At Talaq ayat 2)

      وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۚ

      Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya (QS. At Talaq ayat 3)

      Dari ayat tersebut, Allah SWT memberikan karunia yang luar biasa bagi orang yang bertakwa, yaitu memberikan jalan keluar dari segala macam persoalan kehidupan. Setiap manusia dalam kehidupannya pasti dihadapkan oleh permasalahan-permasalahan kehidupan. Allah SWT memberikan jaminan apabila yang menghadapi masalah adalah orang yang bertakwa, maka Allah memberikan jalan keluarnya.

      Semoga Allah senantiasa membimbing kita untuk tetap istiqomah menuju derajat takwa yang kita idam-idamkan.

      Ihsan Dalam Islam - Apa Itu Ihsan?

      Ihsan Dalam Islam – Apa Itu Ihsan?

      share

      Ihsan adalah perbuatan baik yang disukai Allah Swt, akhlak itu juga ada pada Rasulullah Saw. Ihsan masuk ke dalam tiga pokok agama yang terdiri atas Islam, iman, dan ihsan. Ihsan adalah ciri-ciri nilai murni dalam hidup sehingga setiap amalan yang dilakukan semata-mata untuk meraih rida Allah Swt.

      Pengertian Ihsan
      Dirangkum dari buku Filsafat dan Metafisika dalam Islam (2008), secara harfiah ihsan artinya berbuat baik.
      Ihsan adalah sikap pasrah kepada Allah Swt. Dalam Al Quran Surat An Nisa ayat 125 dijelaskan bahwa seseorang yang berihsan merupakan orang yang paling baik keagamaannya.

      وَمَنْ أَحْسَنُ دِينًا مِّمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُۥ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ وَٱتَّبَعَ مِلَّةَ إِبْرَٰهِيمَ حَنِيفًا ۗ وَٱتَّخَذَ ٱللَّهُ إِبْرَٰهِيمَ خَلِيلًا

      Artinya: Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya.

      Ihsan dapat dikatakan sebagai hasil akhir dari sebuah proses keimanan dan keislaman seseorang sehingga ihsan disebut tingkatan iman yang paling tinggi.

      Ciri – ciri ihsan diantaranya adalah :

      1. Menahan amarahnya ketika mereka mampu melakukannya.
      2. Memaafkan kesalahan orang-orang yang menzalimi mereka.
      3. Mengeluarkan infak dalam kondisi senang atau pun susah.
      4. Selalu berusaha untuk menjaga ibadah kepada Allah SWT dan selalu haus akan ibadah.
        Bersikap amanah dan jujur.
      5. Dapat mewujudkan dan menjaga kedamaian dan keharmonisan bermasyarakat.
      6. Berusaha untuk memaafkan orang lain apabila dizalimi dan menjaga amarah.
        Menunaikan sholat malam.

      Ihsan adalah perbuatan yang mencakup segala kebaikan yang berkaitan dengan akidah, ibadah, atau lainnya. Selain ihsan terhadap Allah Swt, muhsin juga akan melakukan kebaikan yang sama kepada sesama Muslim atau makhluk hidup lain ciptaan Allah Swt.

      Berbagi Kebaikan - Pahala Memberi Makan Orang Berpuasa

      Berbagi Kebaikan – Pahala Memberi Makan Orang Berpuasa

      share

      Setiap Muslim dianjurkan untuk memperbanyak kebaikan di bulan suci Ramadhan ini, salah satunya dengan memberikan makanan kepada orang yang berpuasa. Rasulullah SAW sendiri dikenal sebagai sosok yang dermawan dan senantiasa berbagi makanan kepada mereka yang sedang menjalankan ibadah puasa.

      Memberi makan orang yang berpuasa adalah salah satu amalan yang sangat dianjurkan dalam Islam, terutama di bulan Ramadhan. Amalan ini tidak hanya membawa keberkahan bagi yang memberi, tetapi juga memiliki ganjaran yang luar biasa dari Allah SWT. Berikut beberapa keutamaannya:

      1. Mendapatkan pahala seperti orang yang berpuasa

      Dari Zaid bin Khalid Al-Juhani RA, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda:

      مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا

      “Barang siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka ia mendapatkan pahala seperti orang yang berpuasa itu tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa sedikit pun.” (HR Tirmidzi no. 807, Ibnu Majah no. 1746, dan Ahmad 5: 192, Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih).

      1. Mendapatkan keberkahan dan ampunan dosa

      Rasulullah SAW juga menyampaikan bahwa memberi makan orang yang berpuasa dapat menjadi sebab diampuni-nya dosa-dosa dan memperoleh keberkahan dalam kehidupan.

      1. Mendapatkan syafaat di hari kiamat dan dijanjikan pintu surga

      Orang yang suka bersedekah, termasuk memberi makan kepada mereka yang berpuasa, akan mendapatkan pertolongan dan perlindungan dari Allah SWT pada hari kiamat.

      1. Dilipatgandakan rezeki

      Allah SWT menjanjikan bahwa siapa yang bersedekah, termasuk memberi makan orang yang berpuasa, akan diberi balasan berlipat ganda. Dalam Al-Quran, Allah berfirman bahwa Dia akan meluaskan rezeki bagi orang-orang yang gemar berbagi.

      Karena itu, setiap kebaikan yang dilakukan, sekecil apa pun, akan membawa dampak positif bagi pelakunya. Terlebih lagi, jika seseorang berbagi makanan dengan orang yang berpuasa, meskipun hanya berupa sebutir kurma dan seteguk air, Allah SWT telah menjanjikan balasan berupa surga di akhirat kelak.

      Tips Menghadapi Puasa Ramadhan - Kiat Kuat Berpuasa

      Tips Menghadapi Puasa Ramadhan – Kiat Kuat Berpuasa

      share

      Puasa Ramadhan merupakan kewajiban seorang muslim, berpuasa tidak hanya menahan rasa lapar dan haus. Tapi lebih dari itu, umat muslim juga harus bisa mengendalikan emosi dan hawa nafsu. Saat menjalani puasa, tiap individu belajar untuk bisa lebih bersabar, berbagi dan menghargai orang lain. Berikut adalah beberapa tips yang bisa membantu menjalankan puasa Ramadhan dengan lancar seharian :

      1. Buka puasa, makan malam dan sahur
        Jam makan saat berpuasa akan berkurang, maka dari itu, pentingnya kita menjalankan buka dan sahur, dan ini juga termasuk keberkahan bulan Ramadhan. Konsumsi makanan saat buka dan sahur namun dalam porsi yang normal dan jangan berlebihan.
      2. Konsumsi serat, makanan olahan, karbohidrat dan lemak baik
        Karbohidrat tidak membuat kita merasa kenyang untuk waktu yang lama, jadi Anda juga harus mengonsumsi makanan yang mengandung serat pada saat sahur. Ingatlah untuk mengisi sepertiga dari isi perutmu dengan air, sepertiga lagi dengan makanan, dan sepertiga sisanya dengan udara, seperti yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW.
      3. Perbanyak minum air dari sahur hingga buka puasa
        Untuk memenuhi asupan air di dalam tubuh, perbanyaklah meminum air mineral dari waktu berbuka puasa hingga sahur. Jika Anda kekurangan asupan air di dalam tubuh, tentu Anda akan merasa lebih cepat haus pada saat berpuasa. Maka, penuhi tubuh dengan air yang cukup.
      4. Berbukalah dengan kurma dan makanan hangat
        Setelah berbuka puasa dengan kurma, maka hal selanjutnya adalah mengonsumsi sesuatu yang hangat. Sup hangat dapat membantu mengendurkan otot di perut dan juga akan menghentikan dari makan dengan terlalu cepat. Dengan begitu, Anda juga akan terhindar dari risiko kram perut, setelah mengonsumsi sup, berilah jeda sejenak sebelum Anda mengonsumsi hidangan utama.
      5. Hindari membicarakan mengenai makanan
        Salah satu hal penting agar puasa lancar seharian, coba hindari untuk membicarakan mengenai makanan di siang hari. Itu karena kita nantinya lebih fokus pada rasa lapar karena membayangkan berbagai makanan yang ingin dimakan.
      6. Selalu bijaksana dan rendah hati
        Rasa lapar dan haus dapat menjadi pengingat bahwa kita harus lebih banyak bersyukur karena tidak harus menghkawatirkan soal makanan atau minuman. Dengan begitu, kita akan lebih banyak belajar untuk menjadi manusia yang lebih rendah hati dan bijaksana dalam menjalani hidup.
      7. Tidur yang cukup
        Tidur yang cukup akan membantu tubuh mengatur hormon (begitu pula dengan nafsu makan) yang dapat membuat lebih mudah dalam menjalani hari.