Keutamaan Puasa Muharram - Tasua Asyura Muharram

Keutamaan Puasa Muharram – Tasua Asyura Muharram

Bulan Muharram 1447H telah datang, diantara amalan utama yang sangat dianjurkan pada bulan ini adalah puasa pada hari Tasua (9 Muharram) dan Asyura (10 Muharram). Dalam berbagai hadits shahih, Rasulullah SAW menjelaskan keutamaan luar biasa dari puasa pada kedua hari tersebut. Berikut ini penjelasannya :

  1. Menghapus Dosa Setahun yang Lalu
    Puasa Asyura memiliki keutamaan besar dalam hal pengampunan dosa setahun sebelumnya. Rasulullah SAW bersabda,”Puasa Arafah menghapus dosa dua tahun yang lalu dan yang akan datang, sementara puasa Asyura menghapus dosa setahun yang lalu.” (HR Muslim)
  2. Puasa Tasua Menjadi Pembeda dari Puasa Kaum Yahudi
    Rasulullah SAW menganjurkan untuk juga berpuasa pada hari Tasua, yaitu 9 Muharram, sebagai bentuk perbedaan dengan kaum Yahudi yang hanya berpuasa pada hari Asyura. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA: “Nabi SAW datang di Madinah, tiba-tiba beliau mendapati orang-orang Yahudi pada berpuasa Asyura (10 Muharram). Mereka berkata, ‘Ini adalah hari kemenangan Musa terhadap Firaun.’ Lalu Nabi SAW bersabda kepada sahabat-sahabatnya, ‘Kamu adalah lebih berhak atas Musa daripada mereka, oleh sebab itu berpuasalah’!” (HR Bukhari)
  3. Puasa Terbaik setelah Ramadan
    Muharram adalah bulan Allah yang sangat utama untuk berpuasa setelah bulan Ramadan.

Puasa Tasua dan Asyura adalah amalan mulia di bulan Muharram yang memberikan kesempatan besar bagi umat Islam untuk meraih pengampunan dosa dan pahala luar biasa. Menghidupkan puasa ini berarti menghidupkan sunnah Rasulullah SAW dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Menjadi Ahlul Quran - Jalan Menuju Kemuliaan

Menjadi Ahlul Quran – Jalan Menuju Kemuliaan

Menjadi Ahlul Quran bukan sekadar bisa membaca atau menghafal ayat-ayat suci, melainkan menjadikan Al-Qur’an sebagai panduan hidup sehari-hari. Ahlul Quran adalah orang orang yang hatinya terpaut dengan kitabullah—mereka membaca, menghayati, mengamalkan, dan menyebarkan nilai-nilainya dalam kehidupan. Rasulullah ﷺ bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya” (HR. Bukhari), menunjukkan betapa mulianya posisi Ahlul Quran di sisi Allah.

Proses menjadi Ahlul Quran dimulai dari kecintaan terhadap Al-Qur’an. Membacanya dengan tartil, memahami maknanya, lalu mencoba mengamalkan setiap nilai yang diajarkan, seperti kejujuran, kesabaran, dan kasih sayang. Tak hanya berhenti pada diri sendiri, Ahlul Quran juga berupaya menanamkan kebaikan Al-Qur’an dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. Mereka menjadi cermin akhlak Qurani yang hidup dan bergerak.

Di era yang penuh godaan ini, Ahlul Quran adalah lentera yang menerangi kegelapan. Ketika nilai moral semakin memudar, kehadiran orang-orang yang berpegang teguh pada Al-Qur’an sangat dibutuhkan. Mereka menjadi penjaga generasi, memastikan anak-anak tumbuh dengan kecintaan terhadap kitabullah, bukan sekadar lewat hafalan, tetapi juga lewat pembiasaan amal salih.

Maka marilah kita menanamkan niat untuk menjadi bagian dari Ahlul Quran. Mari menjadi orangtua yang bijak, memilihkan lingkungan yang terbaik, lingkungan ahlul quran untuk anak anak, salah satunya bisa dengan menjadikan Pondok Pesantren Tahfidz Quran Utrujah sebagai opsi untuk anak terus membersamai AlQuran.

Pentingnya Peran Doa Orangtua dan Guru - Doa Tilik Balik Kesuksesan Anak

Pentingnya Peran Doa Orangtua dan Guru – Doa Tilik Balik Kesuksesan Anak

Kesuksesan seorang anak dan murid bukan hanya ditentukan oleh usaha dan kecerdasan semata, melainkan juga oleh doa yang tulus dari orangtua dan guru. Doa adalah senjata spiritual yang memiliki kekuatan luar biasa dalam mengiringi langkah hidup seorang anak. Ketika orangtua dan guru terus memanjatkan doa, maka mereka sedang menitipkan harapan terbaik kepada Allah agar anak diberikan kemudahan, hidayah, dan keberkahan dalam menuntut ilmu serta meraih cita-cita.

Orangtua memiliki kedekatan emosional dan ikatan darah dengan anak, sehingga doa mereka menjadi sangat mustajab. Dalam Islam, doa orangtua – terutama ibu – menjadi salah satu doa yang tidak tertolak. Sementara itu, guru adalah orang yang turut membentuk karakter dan membimbing akhlak serta ilmu anak. Ketika seorang guru mendoakan muridnya, maka doa tersebut adalah bentuk kasih sayang yang sangat mulia dan bernilai di sisi Allah.

Doa menjadi penopang dalam proses pendidikan dan perjuangan anak menghadapi tantangan kehidupan. Terkadang, saat anak merasa lelah, doa orangtua dan guru menjadi energi tak terlihat yang menenangkan dan menguatkan hatinya. Sebaliknya, jika anak menghadapi kesulitan, doa-doa itu menjadi penghalang dari segala keburukan dan wasilah datangnya pertolongan ilahi.

Karena itu, penting bagi orangtua dan guru untuk senantiasa menjaga lisannya dalam mendoakan kebaikan bagi anak-anak mereka.
Di Pesantren Utrujah, mendoakan anak terutama saat melewati masa ujian alquran menjadi salah satu SOP untuk guru dan juga orangtua, sebelum dan sesudah anak maju ujian alquran para asatidz diwajibkan untuk mendoakan muridnya, untuk kemudahan dan keberkahan setelahnya. Hal ini yang menjadi salah satu pengikat batin antar keduanya, yang menjadi salah satu titik balik dari kesuksesan seorang murid.

Membentuk Anak Menjadi Dewasa - Anak Tumbuh Disiplin

Membentuk Anak Menjadi Dewasa – Anak Tumbuh Disiplin

Pondok Pesantren Tahfidz Qur’an Utrujah, yang didirikan oleh Dr. Sarmini Lc, MA pada 12 Maret 2012, berlokasi di Ciseeng, Bogor. Lembaga ini menitikberatkan pembentukan karakter santri lewat penghafalan Al‑Qur’an dan penguasaan bahasa Arab serta Inggris, dikombinasikan dengan ilmu agama dan umum seperti fiqih, tafsir, hadis, matematika, dan IPA . Melalui lingkungan yang disiplin dan kurikulum terpadu, Utrujah berkomitmen mendewasakan anak secara menyeluruh — dari pola pikir hingga kemandirian.

Rutinitas khas di Utrujah seperti khatam hafalan 30 juz, murojaah harian, hingga berbagai ibadah wajib dan sunnah, melatih santri untuk mandiri dan bertanggung jawab. Program “Madinah” misalnya, membekali anak usia SD (6,5–9 tahun) tidak hanya dengan hafalan, tapi juga kemampuan bahasa, literasi tiga bahasa (Arab, Inggris, Indonesia), dan olahraga seperti renang . Aktivitas ini membentuk disiplin waktu, kerja kelompok, dan kemandirian sejak usia dini.

Aspek spiritual dan emosional juga diperkaya melalui bimbingan intensif dari para ustadz/ustadzah serta kegiatan di luar kelas, seperti partisipasi dalam Islamic Book Fair 2025 pada 19–20 Juni lalu. Kegiatan ini bukan hanya meningkatkan literasi Islam, tetapi juga memperluas wawasan sosial dan mendewasakan mental santri dalam interaksi nyata . Pesantren Utrujah menjadi tempat ideal untuk anak belajar memahami nilai kesabaran, keikhlasan, dan pengamalan Al‑Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi orang tua yang ingin mempersiapkan anak menjadi pribadi yang dewasa, berkarakter dan siap tantangan zaman, Utrujah menawarkan lingkungan berbasis penghafalan Al‑Qur’an, pengajaran bahasa, dan ilmu umum secara seimbang. Dengan visi mencetak “Generasi Utrujah” yang bermanfaat bagi diri sendiri dan masyarakat, pondok ini menjadi pilihan strategis dalam mendukung pertumbuhan anak menuju kedewasaan spiritual dan intelektual .