Puasa Ramadhan - Golongan Yang Tidak Wajib Puasa

Puasa Ramadhan – Golongan Yang Tidak Wajib Puasa

Tak terasa sebentar lagi Ramadhan akan tiba, saatnya seluruh umat islam menjalankan puasa Ramadhan. Nah namun, ada beberapa golongan yang diberikan keringanan untuk tidak berpuasa karena kondisi tertentu, siapa sajakah mereka?

  1. Orang Sakit
    Seseorang yang sedang sakit dan berisiko kesehatannya memburuk jika berpuasa diperbolehkan untuk tidak berpuasa. Orang sakit yang tidak mampu berpuasa wajib menggantinya di hari lain setelah sembuh.

2. Musafir (Orang yang Sedang Bepergian)
Musafir atau orang yang sedang dalam perjalanan jauh juga mendapatkan keringanan untuk tidak berpuasa, asalkan jaraknya memenuhi ketentuan dalam syariat Islam. Meski diperbolehkan berbuka, musafir tetap wajib mengganti puasa di hari lain setelah Ramadhan.

3. Wanita Hamil dan Menyusui
Wanita hamil dan menyusui boleh tidak berpuasa jika khawatir terhadap kesehatannya sendiri atau bayinya. Sebagai gantinya, mereka diwajibkan mengganti puasa di lain waktu atau membayar fidyah sesuai ketentuan fiqih.

4. Orang Lanjut Usia
Lansia yang tidak mampu berpuasa karena kondisi fisik yang lemah diperbolehkan untuk tidak berpuasa. Mereka tidak wajib mengganti di hari lain, tetapi harus membayar fidyah dengan memberi makan orang miskin setiap hari selama Ramadhan.

5. Pekerja Berat
Orang yang bekerja dengan tenaga fisik yang sangat berat, seperti buruh bangunan atau petani, diperbolehkan tidak berpuasa jika tidak mampu menjalankannya. Namun, mereka tetap diwajibkan mengganti puasa di hari lain.

6. Anak-Anak yang Belum Baligh
Puasa hanya diwajibkan bagi Muslim yang telah mencapai usia baligh. Anak-anak tidak diwajibkan berpuasa, tetapi disarankan untuk mulai membiasakan diri berpuasa secara bertahap.

7. Orang dengan Gangguan Mental
Seseorang yang mengalami gangguan mental atau tidak memiliki kesadaran penuh tidak diwajibkan berpuasa karena tidak memiliki kewajiban syariat.

Itulah 7 golongan yang tidak diwajibkan untuk berpuasa di Bulan Ramadhan.

Uncategorized

Sejarah Puasa Ramadhan – Asal Usul Puasa Umat Islam

share

Ramadhan adalah bulan yang istimewa bagi umat Islam. Di bulan ini, kaum Muslim di seluruh dunia melaksanakan ibadah puasa, menahan diri dari makan, minum, dan hawa nafsu dari terbit fajar hingga terbenam matahari.

Perintah untuk menjalankan puasa Ramadhan tidak turun secara langsung ketika Islam hadir di tanah Arab. Syariat ini diturunkan secara bertahap, menyesuaikan keadaan umat pada waktu itu.

Sejarah Puasa Ramadhan

1. Puasa Nabi Nuh AS: Awal Tradisi Berpuasa

Menurut Imam Al-Qurthubi, Nabi Nuh AS adalah nabi pertama yang melaksanakan puasa. Setelah diselamatkan dari badai besar yang menghancurkan kaumnya, Nabi Nuh AS dan pengikutnya berpuasa sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT. Namun, puasa yang dilakukan pada masa itu belum memiliki aturan seperti puasa Ramadhan yang kita tahu saat ini.

2. Puasa di Masa Nabi Muhammad SAW

Sebelum kewajiban puasa Ramadhan diturunkan, Nabi Muhammad SAW dan umatnya sudah terbiasa melaksanakan puasa pada hari-hari tertentu. Misalnya, puasa tiga hari setiap bulan pada tanggal 13, 14, dan 15 (Ayyamul Bidh), serta puasa Asyura pada tanggal 10 Muharram.

Pada tahun kedua Hijriah, sekitar 18 bulan setelah Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah, Allah SWT menurunkan perintah wajib puasa Ramadhan melalui surah Al-Baqarah ayat 183:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa.” (QS Al-Baqarah: 183)

Ayat ini menegaskan bahwa puasa Ramadhan bukan hanya kewajiban, tetapi juga sarana untuk meningkatkan ketakwaan. Puasa ini berlangsung selama sebulan penuh di bulan Ramadhan, menggantikan tradisi puasa sebelumnya.

3. Rasulullah SAW dan Puasa Ramadhan

Selama hidupnya, Rasulullah SAW melaksanakan puasa Ramadhan sebanyak sembilan kali. Puasa ini menjadi salah satu ibadah yang diutamakan, sebagaimana sabda beliau:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barang siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharap pahala, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR Bukhari dan Muslim)

Uncategorized

Fase Pendidikan Anak Dalam Islam – Tahap Mendidik Anak

share

Salah satu ajaran Ali Bin Abi Thalib yang terkenal di kalangan orang tua muslim yaitu tentang mendidik anak sesuai tahap usianya. Islam memberi petunjuk mengenai cara membesarkan anak dengan tiga tahapan usianya.

  1. Usia 0-7 tahun
    Pada usia 0 sampai 7 tahun, orang tua baiknya menganggap anak sebagai raja. Artinya, seluruh pendidikan agama anak masih di bawah tanggung jawab orangtua.Di usia ini pula orangtua perlu mengajarkan anak-anak tentang kebesaran Allah serta kecintaan kepada Rasulullah. Dengan catatan, orangtua perlu menjadi teladan bagi mereka.

2. Usia 8-14 tahun
Di tahapan usia selanjutnya yakni 8 hingga 14 tahun, orangtua perlu mengajarkan anak tentang hak dan kewajibannya dalam agama. Di sini, hal yang paling penting adalah salat.Tak hanya itu, di usia ini orangtua juga harus mengajarkan anak tentang berbakti kepada orang tua, berkata baik, serta berakhlak baik. Ajarkan pula pendidikan lainnya seperti bermuamalah hingga yang berhubungan dengan hablum minannas serta hablum minallah.

  1. Usia 15 hingga 21
    Pada tahapan ketiga, orangtua bisa memperlakukan anak sebagai sahabat. Di sini, orang tua tidak boleh bertindak otoriter dan perlu menanamkan nilai musyawarah. Tahapan ini merupakan tahap di mana usia anak sangat rentan. Jadi, orangtua tidak boleh memaksakan kehendak dan perlu belajar menjadi orang tua yang lebih bijak.

Makanya orang tua ini harus bijak sekali. Tidak boleh memaksakan kendak orang tua. Kita harus belajar menjadi orang tua yang bijak, menjadikan anak kita sahabat, ngobrol dari hati ke hati.

Uncategorized

Bekal Untuk Kehidupan Akhirat – Persiapan Menuju Akhirat

share

Dunia adalah tempat sementara, sebelum seluruh manusia kembali kepadaNya, siapapun kita nantinya, tempat kembali tetap sama, menuju akhirat yang kekal. Sebagai orang yang beriman, sudah sepatutnya kita menyiapkan bekal terbaik untuk menuju akhirat kelak.

Apa saja bekal yang musti kita siapkan untuk menuju akhirat kelak?

Persiapan menuju akhirat dapat dilakukan dengan beramal sholeh, bertakwa, dan bermuamalah baik dengan sesama.

Amal saleh 

  • Melaksanakan ibadah dengan tulus dan ikhlas
  • Memperbanyak zikir
  • Berdoa untuk husnul khatimah
  • Mengajarkan ilmu yang bermanfaat kepada orang lain
  • Membantu orang yang tidak pandai berbuat baik
  • Membantu orang yang teraniaya

Bertakwa 

  • Menjaga kebersihan hati
  • Menjaga diri dari keharaman
  • Menjauhi kemurahan-kemurahan dengan memilih hukum-hukum yang berat
  • Menjauhi perkara-perkara mubah yang berpotensi mengantarkan kepada keharaman

Menjaga hubungan baik sesama manusia Menjaga hubungan baik dengan tetangga, Berlaku adil baik saat senang maupun marah, Menolong orang yang tidak pandai berbuat baik, Menolong orang yang teraniaya. 

Selain itu, kita juga dapat mempersiapkan diri menuju akhirat dengan: 

  • Bertaubat dengan segera
  • Semangat beribadah
  • Rendah hati

Semoga segala amalan kita di dunia menjadikan bekal terbaik kita untuk menghadapi akhirat kelak, aamin.

Sunnah Sunnah di Hari Jumat - Amalan Hari Jumat

Sunnah Sunnah di Hari Jumat – Amalan Hari Jumat

share

Hari Jumat merupakan hari istimewa bagi seorang muslim, banyak sekali amalan sunnah yang bisa dilakukan di hari Jumat, yuk kita simak artikel di bawah ini!

Berikut amalan sunnah di hari Jumat :

  1. Memperbanyak sholawat kepada Nabi Muhammad SAW

Sholawat adalah amalan yang mulia. Dalam beberapa riwayat dikatakan bahwa sholawat adalah penolong baik di dunia maupun di akhirat. Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadits:

أكثروا الصلاة علي ليلة الجمعة ويم الجمعة فمن صلى علي صلاة صلى الله عليه بها عشرا ـ رواه البيهقي بإسناد جيد

Artinya: “Perbanyaklah sholawat kepadaku pada malam Jumat dan hari Jumat, barangsiapa yang bersholawat kepadaku satu kali maka Allah akan bersholawat kepadanya 10 kali,” (HR Baihaqi).

  1. Membaca surat Al-Kahfi

Salah satu surat yang dianjurkan untuk dibaca pada hari Jumat adalah surat Al Kahfi. Orang yang membaca surat ini akan terhindar dari fitnah dajjal. Sebagaimana disebutkan dalam hadits yang berasal dari Abu Darda, Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ حَفِظَ عَشْرَ آيَاتٍ مِنْ أَوَّلِ سُورَةِ الْكَهْفِ عُصِمَ مِنَ الدَّجَّالِ

Artinya: “Siapa yang menghafal sepuluh ayat pertama dari surat Al-Kahfi, maka ia akan terlindungi dari Dajjal (fitnah).” (HR Muslim).

  1. Mandi Jumat

Sunnah Jumat yang selanjutnya adalah mandi. Mandi Jumat dianjurkan bagi laki-laki yang hendak mengikuti ibadah sholat Jumat.

  1. Berpenampilan menarik, memakai wewangian untuk sholat Jumat

Hari Jumat adalah hari raya bagi umat Islam. Dalam sebuah riwayat Ibnu Majah sebagaimana disebutkan dalam kitabnya Iqamat Ash-Shalat wa As-Sunnatu fiha, dari Ibnu Abbas ra, Rasulullah SAW bersabda:

“Sesungguhnya hari ini (Jumat) adalah hari raya yang Allah peruntukkan bagi umat Islam. Maka, barangsiapa yang hendak menuju sholat Jumat hendaklah ia mandi, memakai wewangian jika ada, dan gunakanlah siwak.” (HR Ibnu Majah dan At-Thabrani. Dihasankan Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’).

  1. Bersiwak, memotong kuku, dan mencukur kumis

Sunnah hari Jumat lainnya adalah bersiwak, memotong kuku, dan mencukur kumis. Sunnah ini dianjurkan bagi laki-laki yang hendak melaksanakan sholat Jumat.

6. Memperbanyak dzikir dan doa

    Pada hari Jumat, umat Islam dianjurkan untuk mengingat Allah SWT dan memperbanyak doa. Dalam sebuah riwayat, disebutkan bahwa hari Jumat adalah waktu yang mustajab untuk berdoa.

    يَوْمُ الْجُمُعَةِ اثْنَتَا عَشْرَةَ سَاعَةً لاَ يُوجَدُ فِيهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ يَسْأَلُ اللهَ شَيْئًا إِلاَّ آتَاهُ إِيَّاهُ فَالْتَمِسُوهَا آخِرَ سَاعَةٍ بَعْدَ الْعَصْرِ

    Artinya: “Pada hari Jum’at terdapat dua belas jam (pada siang hari), di antara waktu itu ada waktu yang tidak ada seorang hamba muslim pun memohon sesuatu kepada Allah melainkan Dia akan mengabulkan permintaannya. Oleh karena itu, carilah ia di akhir waktu setelah ‘Ashar.” (HR Abu Daud)

    Itulah beberapa sunnah yang bisa dilakukan di hari Jumat.

    Tanda Keberkahan Ilmu - Ciri ciri Ilmu Yang Berkah

    Tanda Keberkahan Ilmu – Ciri ciri Ilmu Yang Berkah

    share

    Tujuan dari mencari ilmu selain ingin pandai, disamping itu juga kita sebagai seorang muslim menginginkan keberkahan daripada ilmu yang didapat. Bersandar dari kalam ulama, ciri-ciri orang yang mendapat keberkahan ilmu , antara lain :

    1. Ia terlihat semakin tulus ikhlas dalam beribadah kepada Allah, amalannya sesuai dengan syariat & sunnah Nabi SAW dalam mempelajari dan mengamalkan ilmu, mendakwahkan dan mempertahankan ilmu.

    2. Ilmu itu semakin menumbuhkan rasa takutnya seseorang kepada Allah Ta’ala. Dan Ilmu itu akan mengantarkan seseorang pada sifat qana’ah (selalu merasa cukup) dan zuhud pada dunia.

    3. Ilmu tersebut mendorong seseorang untuk semakin semangat dalam melakukan ketaatan dan semakin semangat menjauhi berbagai kemaksiatan, serta menjadikan diri seseorang semakin bersih hatinya, jauh dari rasa hasad ataupun dendam

    6. Ilmu tersebut akan menjadikan pada diri seseorang benci kepada pujian dan ia juga enggan menyucikan diri sendiri serta tidak suka ketenaran.

    Imam Ibnu Rajab berkata : “Dan di antara tanda ilmu yang bermanfaat adalah membimbing pemiliknya untuk lari meninggalkan dunia, dan yang terbesar adalah kepemimpinan, ketenaran, serta pujian. Dan sesungguhnya orang yang memiliki ilmu yang bermanfaat itu tidak akan mengaku memiliki ilmu, dia pun tidak akan membanggakannya kepada siapapun, dan juga tidak akan menganggap orang lain bodoh, kecuali terhadap orang-orang yang menyelisihi Sunnah Nabi Shallalahu ‘alaihi wa sallam serta yang berpegang teguh dengannya” (Kitab Majmu’ur Rasail).

    Nuzulul Quran - Peristiwa Turunnya Alquran

    Nuzulul Quran – Peristiwa Turunnya Alquran

    share

    Turunnya Al-Quran merupakan peristiwa besar yang sekaligus menyatakan kedudukannya bagi penghuni langit dan bumi. Dilansir dari buku Pengantar Studi Ilmu Al-Quran oleh Syaikh Manna Al-Qaththan, turunnya Al-Quran merupakan pemberitahuan kepada alam samawi yang dihuni malaikat tentang kemuliaan umat Nabi Muhammad agar menjadi umat paling baik di antara manusia.


    Peristiwa turunnya Al-Quran kepada Nabi Muhammad SAW dikenal dengan istilah Nuzulul Quran. Nuzulul Quran merupakan peringatan turunnya Al-Quran Pertama kali dari Lauhul Mahfuz pada malam Lailatul Qadar di bulan Ramadhan.

    Secara bahasa, Nuzulul memiliki arti sebagai menurunkan sesuatu dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah dan Al-Quran yang berarti kitab suci bagi umat Islam. Maka, Nuzulul Quran bisa didefinisikan sebagai peristiwa turunnya Al-Quran dari tempat yang tinggi ke muka bumi.

    Ayat Al-Quran yang pertama kali turun adalah surat Al-Alaq ayat 1-5. Al-Quran pertama kali turun untuk Nabi Muhammad yaitu di Gua Hira, pada tanggal 17 Ramadhan tahun 610 sehingga tanggal 17 Ramadhan diperingati sebagai Nuzulul Quran hingga saat ini.

    Al-Quran Diturunkan Secara Bertahap kepada Nabi Muhammad SAW
    Allah SWT menurunkan kitab Al-Quran kepada Nabi Muhammad melalui perantara Malaikat Jibril secara bertahap.

    Ayat yang pertama kali diturunkan adalah surat Al-Alaq ayat 1-5. Peristiwa ini sekaligus menjadi pertanda dimulainya kenabian Muhammad.Setelah itu, Al-Quran turun secara bertahap selama kurang lebih 23 tahun. Turunnya ayat Al-Quran menyesuaikan dengan permasalahan sosial, krisis moral, keagamaan yang sedang terjadi.

    Sejarah turunnya Al-Quran juga terbagi ke dalam dua periode, yaitu periode Mekkah dan periode Madinah. Periode Mekkah disebut dengan ayat Makkiyah, sementara periode Madinah disebut dengan ayat Madaniyah.

    Dalam periode Mekkah, ayat yang turun berisi ajaran tentang akidah dan ajaran-ajaran tauhid. Periode Mekkah menurunkan 86 surat yang diturunkan dalam jangka waktu 12 tahun 5 bulan.

    Dalam periode Madinah, ayat yang turun umumnya berkaitan dengan hubungan manusia sebagai makhluk sosial, aturan-aturan dalam kehidupan Islam, serta hukum Islam. Periode ini dimulai setelah hijrahnya Rasul ke Madinah.

    Periode Madinah menurunkan 28 surat dalam jangka waktu sembilan tahun sembilan bulan. Ayat yang terakhir diturunkan kepada Rasulullah adalah Surat Al-Maida ayat 5.

    Nah, itulah dia penjelasan mengenai sejarah turunnya Al-Quran yang berperan sebagai pedoman hidup umat Islam

    Waktu Terbaik Untuk Murojaah - Waktu Efektif Untuk Murojaah

    Waktu Terbaik Untuk Murojaah – Waktu Efektif Untuk Murojaah

    share

    Murojaah adalah suatu hal yang mungkin berat bagi penghafal al-qur’an. Pada kenyataannya muroja’ah akan lebih  sulit daripada ziyadah hafalan ketika hafalannya hilang gara – gara tidak meluangkan waktu untuk mengulang hafalan. 

    Karena muroja’ah itu ibaratkan wasilah untuk menjaga hafalan – hafalan kita. Jika muroja’ah itu tidak ada maka hafalan pun tidak ada. Meluangkan waktu untuk murojaah juga bisa bertahap supaya diri terbawa seamangat.

    Terkadang murojaah terasa berat karena waktu itu iman kita sedang turun. Dan kenapa turun? Jawabannya satu, yaitu kemaksiatan yang pernah kita perbuat. Jangan salah, kemaksiatan sangat berefek banyak terhadap pelakunya. Seperti; memberatkan pelakunya untuk beribadah, memberatkan pelakunya untuk membaca al-qur’an, memberatkan pelakunya untuk menghafal dan muroja’ah bahkan memberatkan pelakunya untuk mendekatkan diri kepada allah.

    Lalu, kapan waktu terbaik murojaah?
    jawabannya semua waktu baik, tinggal kalian siapkan waktu itu untuk menjadi baik.

    Mungkin bagi beberapa orang muroja’ah itu sulit, namun tanamkan dalam diri kita bahwa kita adalah seorang penghafal al-qur’an, ibaratkan hafalan kita itu sebagai barang yang sangat berharga karena di dapatkan dengan perjuangan dan pengorbanan. Dan murojaah adalah harga mati bagi seorang penghafal alquran.

    Talkshow Alquran - Ust. H. Muhammad Humaidi Hatta., Lc. M.A

    Talkshow Alquran – Ust. H. Muhammad Humaidi Hatta., Lc. M.A

    share

    Pada wisuda Pondok Pesantren Tahfidz Quran Utrujah kali ini, mengundang salah satu pemuda berprestasi dalam qurannya, beliau adalah Ustadz H. Muhammad Humaidi Hatta.,Lc. M.A. Beliau membagikan perjalanannya bersama alquran dalam talkshow kali ini.

    Prinsip beliau saat merantau adalah ” pantang pulang sampai sukses hafal 30 juz”, beliau menghafal quran sejak umur 14 tahun ( 1 SMA) dan khatam dalam kurun waktu 2 tahun, dan mutqin 10 juz setelah khatam.

    Beliau menjabarkan bahwa masalah tajwid adalah masalah paling fundamental bagi para penghafal alquran, jika tajwidnya bagus akan mendukung kemutqinan hafalan.

    Beliau juga membagikan bagaimana cara murojaah hafalan yang telah dikhatamkan, metode murojaah yang di[akai adalah murojaah per tanggal, cukup 3 juz per tgl, misal tgl 1 juz 1, 11, 20, dan seterusnya, menghafal awal, tengah, dan akhir dalam sehari serta dibaca dengan lambat. “Hafidz quran yang bisa membaca lambat maka bisa membaca cepat”, tambahnya.

    Ternyata, di awal perjalanan beliau menghafal alquran sempat tidak direstui oleh ayahnya, namun sang ibu selalu memberikan support untuk beliau. Ibunya selalu menasehatkan ” jika ingin anaknya sukses dan betah di pesantren , jangan berikan sumber makanan yang haram ataupun syubhat, karena akan bisa menghambat kesuksesan anaknya, dan sebagai orangtua harus sesnatiasa menghormati guru anaknya karena bisa menghilangkan keberkahan ilmu“.

    Beliau juga seringkali mengikuti musabaqah alquran, proses 10 juz, 20 juz, sampai kemudian 30 juz, beliau menjadikan musabaqah untuk alquran, sebagai bukti cinta kepada alquran. Penghafal alquran adalah bongkahan emas, mau menjadi apapun akan bisa di masa depan.

    Beliau memberikan juga kaidah “man lam yuroji lam yahfadz”, yang tidak murojaah maka dia tidak menghafal, maka dia tidak layak menjadi penghafal quran, karena menghafal butuh kecintaan, dan murojaah adalah harga mati. Dan juga pentingnya mencari guru yang menghafal quran dan talaqi untuk hafalan kita saat berada di kampung halaman. Murojaah harus ada dalam diri kita. Itulah beberapa tips dan perjalanan bersama Alquran yang beliau sampaikan dalam talkshow Wisuda Utrujah.

    Sedekah Jumat - Hadits Keutamaan Sedekah Jumat

    Sedekah Jumat – Hadits Keutamaan Sedekah Jumat

    share

    Hari Jumat merupakan hari yang istimewa dibandingkan dengan hari-hari lainnya dalam Islam. Hal ini terbukti dari banyak hadits yang menganjurkan amalan di hari Jumat termasuk sedekah.

    Bersedekah pada Jumat di pagi hari dan hari-hari lainnya, maka akan mendapatkan doa dari para malaikat. Dari Abu Hurairah RA, berkata bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda,

    مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ الْعِبَادُ فِيهِ إِلاَّ مَلَكَانِ يَنْزِلاَنِ فَيَقُولُ أَحَدُهُمَا اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا ، وَيَقُولُ الآخَرُ اللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا

    Artinya: Ketika hamba berada di setiap pagi, ada dua Malaikat yang turun dan berdoa, “Ya Allah berikanlah ganti pada yang gemar berinfak.” Malaikat yang lain berdoa, “Ya Allah, berikanlah kebangkrutan bagi yang enggan bersedekah.” (HR Bukhari dan Muslim)

    Dalam surat Al Baqarah ayat 254 disebutkan bahwa sedekah termasuk bagian dari ungkapan rasa syukur atas rezeki yang diberikan Allah SWT. Sebagaimana Allah SWT berfirman,

    يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اَنْفِقُوْا مِمَّا رَزَقْنٰكُمْ مِّنْ قَبْلِ اَنْ يَّأْتِيَ يَوْمٌ لَّا بَيْعٌ فِيْهِ وَلَا خُلَّةٌ وَّلَا شَفَا عَةٌ ۗ وَا لْكٰفِرُوْنَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ

    Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Infakkanlah sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari ketika tidak ada lagi jual beli, tidak ada lagi persahabatan, dan tidak ada lagi syafaat. Orang-orang kafir itulah orang yang zalim.”

    Sedekah berasal dari bahasa Arab shadaqah yang diambil dari kata sidq (sidiq) dengan makna kebenaran.

    Adapun keutamaan sedekah sudah banyak dijelaskan dalam Al-Qur’an dan sabda Rasulullah SAW, salah satunya dalam surah Al Hadid ayat 18. Allah SWT menjanjikan pelipatgandaan balasan bagi mereka yang bersedekah.

    Mengutip buku Amalan-amalan Saleh yang Paling Dicintai Allah karangan Abdillah F. Hasan, sedekah juga dapat diberikan kepada orang miskin atau kerabat. Meski demikian, Rasulullah SAW dalam haditsnya mengatakan, derajat bersedekah untuk kerabat lebih utama (HR An-Nasa’i, at-Tirmidzi, dan Ibnu Majah).