

Allah SWT menjelaskan bahwa kemuliaan seseorang dihadapan-Nya tidak dilihat seberapa kekayaannya, sebagus apa raut wajahnya atau setinggi apa kekuasaan dan pangkatnya. Tetapi seberapa derajat ketakwaannya kepada Allah SWT, sebagaimana firman Allah:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Q.S. Al-Hujurat: 13)
Kemuliaan manusia dihadapan Allah dilihat dari kualitas ketakwaannya kepada Allah yang itu dapat dicapai melalui usaha yang dilakukan manusia.Kata takwa secara bahasa berarti terpeliharanya diri untuk tetap taat melaksanakan perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangan-Nya.
Orang yang bertakwa adalah orang yang selalu berhati-hati menjaga setiap tutur kata dan perilakunya dari setiap hal yang dilarang atau dimurkai Allah. Pada saat yang sama setiap perbuatan yang dilakukan menjadikan Allah ridha kepadanya.
Ali bin Thalib mengatakan, Takwa adalah tidak mengulang- ulang perbuatan maksiat, dan tidak terperdaya dengan merasa puas melakukan ketaatan”. Sebagian ulama juga mendefinisikan Takwa dengan mencegah diri dari adzab Allah dengan membuat amal sholeh dan takut kepada-Nya dikala sepi atau terang-terangan.
Ali bin Abi Thalib mengatakan, orang bertaqwa kepada Allah akan senantiasa memiliki empat sifat yang melekat pada dirinya yaitu:
Pertama, Al-Khaufu Minal Jalil (taqwa itu akan menjadikan seseorang merasa takut kepada Allah swt yang memiliki sifat Jalal). Dengan adanya rasa takut kita kepada Allah yang mempunyai sifat Jalal ini menjadikan kita untuk berpikir kembali atau mempertimbangkan terlebih dahulu untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang Allah Ta’ala.
Kedua, Wal ‘amalu bit tanzil (beramal dengan dasar al-Qur’an dan as Sunnah). Dengan adanya pedoman hidup berupa Al-Quran dan As-Sunnah yang telah diturunkan oleh Allah dan ditinggalkan Rasulullah ﷺ tentunya menjadikan kita tidak melakukan suatu perbuatan tanpa mengetahui dalil/dasarnya atau biasa disebut taqlid buta.
Ketiga, Al-Qana’atu bil Qalil (menerima terhadap yang sedikit). Setiap orang yang bertaqwa akan selalu merasa cukup dengan rizki yang sedikit, sesungguhnya orang yang memiliki rizqi yang sedikit dan merasa cukup dengan rizqi tesebut adalah bukti sekaligus tanda bahwa orang itu dicintai oleh Allah Ta’ala.
Keempat, Al-isti’dadu li yaumir rakhil (bersiap-siap menghadapi hari perpindahan). Perpindahan dari alam dunia ke alam kubur lalu alam akhirat. Artinya segala amal orang yang bertaqwa senantiasa dalam rangka menyiapkan diri akan hadirnya hari kematian. yaitu hari keberangkatan dari alam dunia menuju alam akhirat.
Begitu beratnya menjadi orang bertakwa, Allah SWT menjanjikan keutamaan yang sangat besar, salah satunya sebagaimana firman Allah SWT:
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا
Dan barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar
(QS. At Talaq ayat 2)
وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۚ
Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya (QS. At Talaq ayat 3)
Dari ayat tersebut, Allah SWT memberikan karunia yang luar biasa bagi orang yang bertakwa, yaitu memberikan jalan keluar dari segala macam persoalan kehidupan. Setiap manusia dalam kehidupannya pasti dihadapkan oleh permasalahan-permasalahan kehidupan. Allah SWT memberikan jaminan apabila yang menghadapi masalah adalah orang yang bertakwa, maka Allah memberikan jalan keluarnya.
Semoga Allah senantiasa membimbing kita untuk tetap istiqomah menuju derajat takwa yang kita idam-idamkan.