Rasa Peduli dan Ukhuwah di Pesantren - Menciptakan Keharmonisan

Rasa Peduli dan Ukhuwah di Pesantren – Menciptakan Keharmonisan

Pondok pesantren bukan hanya tempat menimba ilmu agama, tetapi juga lingkungan yang menanamkan nilai-nilai luhur dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu nilai utama yang ditekankan adalah rasa peduli antar sesama. Santri diajarkan untuk peka terhadap kebutuhan teman, membantu tanpa diminta, dan saling mendoakan dalam kebaikan. Dari sinilah tumbuh empati yang menjadi pondasi kuat dalam membangun karakter yang berakhlak mulia.

Rasa peduli ini terlihat dalam banyak aktivitas di pesantren, mulai dari saling mengingatkan dalam kebaikan, berbagi makanan, hingga gotong royong membersihkan lingkungan. Salah satu penerapan gotong royong dalam lingkungan pesantren Utrujah adalah kegiatan Tandhif ‘am, dimana kegiatan ini merupakan bebersih bersama, bergotong royong menciptakan lingkungan yang nyaman dan aman untuk pembelajaran dan kehidupan sehari hari. Pun termasuk juga kepedulian saat ada santri yang sakit atau sedang menghadapi kesulitan, teman-teman lainnya akan sigap membantu. Nilai ini tertanam bukan sekadar karena aturan, tetapi tumbuh dari hati karena kebersamaan yang terjalin erat dalam kehidupan sehari-hari.

Dari rasa peduli yang terus dipupuk, tumbuhlah ukhuwah islamiyah—persaudaraan dalam Islam—yang menjadi ruh kehidupan di pesantren. Ukhuwah menjembatani perbedaan latar belakang, karakter, bahkan kebiasaan di antara santri, apalagi dengan perbedaan suku, ras, dan budaya yang ada.

Persaudaraan ini bukan hanya bersifat formal, tapi mendalam dan nyata dalam tindakan. Mereka bukan sekadar teman sekamar, tetapi saudara seperjuangan dalam menuntut ilmu dan memperjuangkan agama.

Ukhuwah yang terjalin dengan rasa peduli inilah yang melahirkan keharmonisan di pondok pesantren. Suasana yang hangat, saling menyayangi dan menghormati menciptakan lingkungan yang nyaman dan menenangkan. Dengan kondisi seperti ini, proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan keberkahan ilmu lebih mudah diraih. Maka tak heran, banyak santri mengenang masa-masa di pesantren sebagai fase paling indah dalam hidup mereka.