Memaknai Peristiwa Isra Miraj - Isra Miraj Dalam Alquran

Memaknai Peristiwa Isra Miraj – Isra Miraj Dalam Alquran

share

Isra Miraj adalah peristiwa bersejarah yang tertulis dalam Al-Quran Surah Al-Isra ayat 1 dan Hadis Nabi Muhammad SAW yang menjadi bagian perjalanan spiritual Nabi Muhammad SAW ketika berdakwah di Kota Makkah. Selama mengalami Isra Miraj, ada beberapa hal menarik yang dilalui Nabi Muhammad SAW. 7 Hal Menarik Tentang Isra Miraj :

  1. Tahun Duka Cita Nabi Muhammad
    Dalam sejarah, tahun tersebut penuh duka cita bagi Nabi Muhammad SAW karena sang istri, Khadijah dan pamannya Abu Thalib meninggal dunia. Kondisi tersebut membuat Nabi Muhammad mengalami masa-masa pelik hingga harus menenangkan diri di Masjidil Haram.
  2. Perjalanan dengan Buraq
    Dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah SAW bersabda: (tanpa menyebutkan peristiwa pembelahan dada)… “Aku telah didatangi Buraq. Yaitu seekor binatang yang berwarna putih, lebih besar dari keledai tetapi lebih kecil dari bighal. Ia merendahkan tubuhnya sehingga perut buraq tersebut mencapai ujungnya.” Beliau bersabda lagi: “Maka aku segera menungganginya sehingga sampai ke Baitul Maqdis.”
  3. Menuju Masjid Al-Aqsa
    Setibanya Nabi Muhammad di Masjid Al-Aqsa langsung mengerjakan salat sebanyak 2 rakaat. Setelah itu, peristiwa Mikraj terjadi. Dijelaskan dalam jurnal tersebut bahwa didatangkan sebuah alat seperti tangga yang memiliki tingkatan untuk naik ke atas. Peristiwa Miraj atau Mikraj terjadi ketika muncul tangga tersebut hingga melewati lapisan langit dan menuju ke tingkat ketujuh.
  4. Perjalanan ke Langit
    Dalam peristiwa Isra Mikraj, Nabi Muhammad diceritakan mengalami perjalanan spiritual menuju Sidratul Muntaha atau langit ke 7. Peristiwa besar tersebut menuai berbagai perdebatan dari para ulama karena di luar kemampuan logika manusia.
  5. Berjumpa Para Nabi
    Ketika Nabi Muhammad mengalami serangkaian perjalanan menuju Sidratul Muntaha, terjadi pertemuan dengan beberapa nabi pendahulu. ada 8 nabi yang ditemui Rasulullah SAW.
  6. Perintah Salat 5 Waktu. Perintah salat pada awalnya dilaksanakan sebanyak 50 waktu dalam sehari. Kemudian Nabi Muhammad SAW memohon kepada Allah untuk memberikan keringan. Akhirnya Allah SWT mengabulkan permintaan Nabi Muhammad dan memerintahkan untuk menjalankan salat 5 waktu dalam sehari.
  7. Bukti Kebesaran Allah
    Merujuk pada buku Kisah Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW oleh Syofyan Hadi, Isra Miraj termasuk peristiwa agung yang merekam risalah Nabi Muhammad SAW. Kejadian tersebut dianggap sebagai mukjizat dan kebesaran Allah SWT.

Peristiwa yang dialami Nabi Muhammad dari Makkah menuju Baitul Maqdis lalu tiba di langit ketujuh merupakan perjalanan yang jauh dan sulit diterima akal sehat karena butuh penjelasan secara logika. Kendati begitu, peristiwa tersebut tertuang dalam Al-Quran Surah Al-Isra ayat 1.

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إ ِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَات ِنَا ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

Artinya: “Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekeliling agar Kami perlihatkan ke arahnya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Itulah 7 hal menarik tentang Isra Mikraj yang merangkum perjalanan Nabi Muhammad menuju Sidratul Muntahan atau langit ketujuh.

Gugurnya Para Penghafal Quran - Peristiwa Perang Yamamah

Gugurnya Para Penghafal Quran – Peristiwa Perang Yamamah

share

Peristiwa Perang Yamamah
Sebagian kaum muslimin mungkin hanya mengenal sahabat Abu Bakar Ash-Shiddiq rhodiyallohu ‘anhu sebagai sosok Khalifah pertama yang berhasil menyatukan kembali barisan kaum muslimin setelah munculnya kaum murtaddin. Namun jika melihat sejarah kepemimpinan beliau lebih mendalam, akan kita sadari bahwa sahabat terbaik ini telah membuat sebuah keputusan cerdas yang menjadi langkah awal penulisan Al-Quran dalam sebuah mushaf.

Kisah ini berawal saat kaum muslimin dihadapkan dengan segerombolan kelompok yang memilih murtad dari agama islam. Alih-alih tetap berada di jalan yang lurus, mereka justru memilih berpaling dari ajaran Nabi Muhammad sholllallohu ‘alaihi wasallam. Bahkan diantara mereka ada yang memilih untuk mendukung si nabi palsu, Musailamah Al-Kadzab.

Menanggapi hal tersebut, Abu Bakar kemudian mengutus 11 batalion pasukan ke berbagai penjuru negri. Ikrimah bin Abi Jahal rhodiyallohu’ anhu ditunjuk sebagai panglima untuk memimpin pasukan ke daerah Yamamah, tempat Musailamah Al-Kadzab.

Peperangan berlangsung dengan amat sengit, kaum muslimin dilanda kesulitan yang amat berat. Disaat demikian, muncul seseorang yang mengobarkan kembali semangat jihad dengan sebuah teriakan:

يا أصحاب سورة البقرة، يا أهل القرآن زينوا القرآن بالفعال

“Wahai para penghafal surat Al-Baqoroh, wahai para penghafal Al-Quran, hiasilah Al-Quran dengan perbuatan kalian (jihad)”

Dengan izin Allah subhanahu wata’ala, kaum muslimin berhasil memukul mundur barisan musuh dan mengepung mereka. Peperangan berakhir dengan tewasnya Musailamah Al-Kadzab di tangan Wahsyi rhodiyallohu ‘anhu.

Jumlah korban dari barisan musuh mencapai belasan ribu. Sedangkan jumlah syuhada dari kaum muslimin sekitar 1200 orang. Satu hal yang perlu gita garis bawahi, banyak diantara pasukan yang gugur merupakan para penghafal Al-Quran.

Fakta diatas kemudian memunculkan kekhawatiran dalam diri Umar bin Khotob rhodiyallohu ‘anhu. Sang Al-faruq akhirnya menyampaikan usulan kepada Abu Bakar untuk menuliskan Al-Quran dalam lembaran-lembaran yang disatukan (shuhuf).

Saat pertama kali mendengar usulan tersebut, Abu bakar menolaknya dengan alasan bahwa Rasululloh shollallohu ‘alaihi wasallam tak pernah memerintahkannya. Namun setelah Umar berulangkali membujuk, akhirnya Allah subhanahu wata’ala melapangkan dada Abu Bakar untuk menerima usulan tersebut.

Abu Bakar kemudian menunjuk Zaid bin Tsabit rhodiyallohu ‘anhu untuk memimpin proyek besar tersebut. Hal ini bukan tanpa alasan, sebab Zaid merupakan sosok yang paling memenuhi kriteria untuk mengemban tugas penting ini, sebagaimana diungkapkan langsung oleh Abu Bakar:

إِنَّكَ رَجُلٌ شَابٌّ عَاقِلٌ لَا نَتَّهِمُكَ وَقَدْ كُنْتَ تَكْتُبُ الْوَحْيَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَتَتَبَّعْ الْقُرْآنَ فَاجْمَعْهُ

“Sesungguhnya engkau (Zaid) adalah seorang pemuda yang cerdas, kami sama sekali tidak curiga sedikit pun padamu. Dan sungguh, kamulah yang telah menulis wahyu untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Karena itu, telusurilah Al Qur`an dan kumpulkanlah.” (HR Al-Bukhori)

Mendengar permintaan tersebut, Zaid merasa amat berat untuk melaksanakannya. Ia bahkan mengungkapkan:

فَوَ اللهِ، لَوْ كَلَّفُونِي نَقْلَ جَبَلٍ مِنْ الْجِبَالِ مَا كَانَ أَثْقَلَ عَلَيَّ مِمَّا أَمَرَنِي بِهِ مِنْ جَمْعِ الْقُرْآن

“Demi Allah sekiranya mereka memerintahkanku untuk memindahkan gunung, niscaya hal itu tidaklah lebih berat daripada apa yang mereka perintahkan padaku, yakni mendokumentasikan alquran.” (HR Bukhori)

Allah subhhanahu wata’ala akhirnya melapangkan dada Zaid untuk mengemban tugas tersebut. Ia bergegas mengumpulkan Al-Quran dari berbagai media yang dahulu digunakan untuk menuliskan wahyu di zaman Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wasallam, seperti pelepah kurma, batu yang pipih dan kulit binatang. Disamping itu, ia juga memanfaatkan hafalan para sahabat Nabi rhodiyallohu ‘anhum ajma’in.

Mengapa Al-Quran tidak dikumpulkan dalam sebuah mushaf di zaman Rasululloh shollallohu ‘alaihi wasallam?

Sebagaimana kami sampaikan sebelumnya, Al-Quran belum dikumpulkan dalam satu mushaf di zaman Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wasallam. Para ulama menjelaskan beberapa alasan yang melatarbelakangi hal tersebut, diantaranya ialah:

  1. Al-Quran tidaklah turun secara sempurna kecuali menjelang wafatnya Nabi Muhammad shollalohu ‘alaihi wasallam. Oleh karenanya, tidak tepat jika mushaf sudah dituliskan saat Nabi masih hidup, sebab wahyu masih terus turun dan belum sempurna.
  2. Selama Nabi masih hidup, akan ada kemungkinan terdapat ayat yang dimansukh (dihapuskan). Sehingga jika saat itu Al-Quran dituliskan dalam satu mushaf, justru akan menimbulkan kesulitan saat ada ayat yang dimansukh.

Allah subhanahu wata’ala berfirman:

مَا نَنْسَخْ مِنْ آيَةٍ أَوْ نُنْسِهَا نَأْتِ بِخَيْرٍ مِنْهَا أَوْ مِثْلِهَا ۗ أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

“Ayat mana saja yang Kami nasakhkan, atau Kami jadikan (manusia) lupa kepadanya, Kami datangkan yang lebih baik daripadanya atau yang sebanding dengannya. Tidakkah kamu mengetahui bahwa sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu?” (AlHijr: 106)

Dua faktor diatas kemudian hilang seiring wafatnya Nabi Muhammad shollallohuu ‘alaihi wasallam. Sebab saat itu Al-Quran telah sempurna dan tak ada lagi kemungkinan adanya ayat yang dimansukh.

Uncategorized

Anak Adalah Tabungan Akhirat – Tabungan Amal Bagi Orangtua

share

Setiap manusia akan menghadapi kematian, karena ia adalah takdir yang tidak bisa dihindari, sedangkan dunia adalah tempat untuk menabung dan mengumpulkan amalan sebanyak banyaknya, karena keinginan setiap orang adalah tujuan yang satu, yaitu kembali ke Rabb-nya dalam keadaan husnul khotimah dan masuk kedalam jannah FirdausNya.

Setelah seorang muslim memahami betul hakikat hidup di dunia, dirinya akan fokus untuk melakukan kebaikan dan amal-amal soleh. Ia akan berusaha memperbanyak bekal untuk kematian.

Hanya ternyata ada amalan-amalan utama, yang apabila dilakukan akan senantiasa mengalir terus pahalanya meski kita sudah tiada. Inilah amalan yang cocok untuk menjadi tabungan akhirat kita. Karena meski seseorang telah tiada (meninggal dunia) maka ia akan terus mendapatkan pahalanya.

Baginda Nabi dalam haditsnya yang masyhur menyampaikan berita gembira tentang ‘tabungan akhirat’ ini. Dalam riwayat Imam Muslim Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلا مِنْ ثَلاثَةٍ إِلا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

“Apabila seorang manusia mati maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara. Yang pertama sedekah jariyah. Yang kedua, ilmu yang diambil manfaatnya. Ketiga, anak shalih yang selalu mendoakan kedua orang tuanya.”

  1. Anak adalah Tabungan Akhirat
    Memiliki seorang anak yang soleh merupakan anugerah yang setiap orang inginkan. Bahkan Nabi dalam sabdanya mengatakan bahwa memiliki anak soleh yang mendoakan kedua orang tuanya termasuk dalam amalan yang akan terus mengalir meski seorang telah meninggal dunia. Mengapa demikian?

Anak soleh yang senantiasa mendoakan kedua orang tuanya agar selalu mendapatkan kebaikan dan keberkahan menunjukkan bahwa anak tersebut dididik dengan baik oleh kedua orang tuanya. Jerih payah orang tuanya semasa hidup telah melahirkan seorang anak soleh yang siap taat kepada Allah. Karena itulah sudah selayaknya orang tua mendapatkan kebaikan yang serupa.

  1. Ilmu yang Bermanfaat
    Ilmu yang bermanfaat juga menjadi salah satu amalan yang senantiasa mengalir terus menerus. Seseorang yang memiliki ilmu lalu ia mengamalkan ilmunya dan mengajarkannya kepada orang lain, dan orang yang ia ajarkan akhirnya mengikutinya, maka bagi yang mengajarkan mendapatkan pahala.Dan pahala tersebut akan terus mengalir selama orang tersebut mengamalkan apa yang telah diajarkan padanya. Mengenai keutamaan ilmu ini, Nabiyullah Muhammad mengatakan dalam sabdanya,

مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ

“Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya” (HR Imam Muslim no 3509).

  1. Sedekah Jariyah
    Dalam hadits tentang tabungan akhirat diatas, salah satu amalan yang pahalanya tidak terputus meski ia telah meninggal dunia ialah sedekah jariyah.

Secara bahasa sedekah berasal dari bahasa arab ‘shodaqoh’ yang bermakna pemberian. Adapun jariyah bisa diartikan dengan mengalir. Sehingga secara bahasa sedekah jariyah artinya sedekah yang mengalir (terus-menerus).

Perlu dipahami, ada perbedaan antara sedekah biasa dengan sedekah jariyah. Suatu sedekah dapat dikatakan jariyah apabila sedekah tersebut dapat terus memberikan manfaat kepada orang lain meski sang pemberi tidak ada. Ini disebabkan sesuatu yang disedekahkan masih memberikan manfaat dalam durasi waktu yang lama.


Karena itulah sedekah jariyah diidentikkan dengan barang-barang, bangunan, yang manfaatnya terus bisa diambil. Adapun contoh sedekah jariyah seperti memberikan harta untuk pembangunan masjid, sekolah, rumah sakit dan sebagainya. Sedekah jariyah tidak memandang banyak sedikitnya harta, berapapun jumlah harta diperbolehkan. Karena titik tekannya ada pada keikhlasan pelaku dan kebermanfaatan barang.

Selama seseorang bersedekah harta yang selalu dapat diambil manfaatnya, dan dirinya melakukan hal tersebut ikhlas karena Allah, tidak mengharapkan imbalan apapun melainkan dari Allah, maka insyaAllah selama harta tersebut dimanfaatkan, selama itu pula ia akan senantiasa mendapatkan pahala dari Allah. MasyaAllah.

Adab Terhadap Guru - Adab Kepada Guru - Tata Krama dengan Guru

Adab Terhadap Guru – Adab Kepada Guru – Tata Krama dengan Guru

share

Guru adalah salah satu komponen penting dalam keberlangsungan pembelajaran, dan sejatinya murid dengan guru akan selalu berinteraksi, oleh karena itu ada adab-adab tertentu yang harus diperhatikan seorang murid terhadap gurunya sebagaimana dinasihatkan oleh Imam al-Ghazali dalam risalahnya berjdudul al-Adab fid Din dalam Majmu’ah Rasail al-Imam al-Ghazali (Kairo, Al-Maktabah At-Taufiqiyyah, t.th., halaman 431) sebagai berikut:

“Adab murid terhadap guru, yakni: mendahului mengucapkan salam, tidak banyak berbicara di depan guru, berdiri ketika guru berdiri, tidak mengatakan kepada guru, “Pendapat fulan berbeda dengan pendapat Anda”, tidak bertanya-tanya kepada teman duduknya ketika guru di dalam majelis, tidak mengumbar senyum ketika berbicara kepada guru, tidak menunjukkan secara terang-terangan karena perbedaan pendapat dengan guru, tidak menarik pakaian guru ketika berdiri, tidak menanyakan suatu masalah di tengah perjalanan hingga guru sampai di rumah, tidak banyak mengajukan pertanyaan kepada guru ketika guru sedang lelah.”

Berikut adalah kesepuluh adab murid terhadap guru :

Pertama, mendahului mengucapkan salam. Seorang murid hendaknya mendahului mengucapkan salam kepada guru. Hal ini sejalan dengan hadits Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim bahwa yang kecil memberi salam kepada yang besar.

Kedua, tidak banyak berbicara di depan guru. Banyak berbicara bisa berarti merasa lebih tahu dari pada orang-orang di sekitarnya. Apa bila hal ini dilakukan di depan guru, maka bisa menimbulkan kesan seolah-seolah murid lebih tahu dari pada gurunya. Hal ini tidak baik dilakukan kecuali atas perintah guru.

Ketiga, berdiri ketika guru berdiri. Bila guru berdiri, murid sebaiknya lekas berdiri juga. Hal ini tidak hanya penting kalau-kalau guru memerlukan bantuan sewaktu-waktu, misalnya uluran tangan agar segera bisa tegak berdiri, tetapi juga merupakan sopan santun yang terpuji. Demikian pula jika guru duduk sebaiknya murid juga duduk.

Keempat, tidak mengatakan kepada guru, “Pendapat fulan berbeda dengan pendapat Anda.” Ketika guru memberikan suatu penjelasan yang berbeda dengan apa yang pernah dijelaskan oleh orang lain, sebaiknya murid tidak langsung menyangkal penjelasan guru. Sebaiknya murid meminta izin terlebih dahulu untuk menyampaikan pendapat orang lain yang berbeda. Jika guru berkenan, murid tentu boleh menyampaikan hal itu.

Kelima, tidak bertanya-tanya kepada teman duduknya sewaktu guru di dalam majelis. Dalam majlis ta’lim atau kegiatan belajar mengajar di kelas, murid hendaknya bertanya kepada guru ketika ada hal yang belum jelas. Hal ini tentu lebih baik daripada bertanya kepada teman di sebelahnya. Lebih memilih bertanya kepada teman dan bukannya langsung kepada guru bisa membuat perasaan guru kurang nyaman.

Keenam, tidak mengumbar senyum ketika berbicara kepada guru. Guru tidak sama dengan teman, dan oleh karenanya tidak bisa disetarakan dengan teman. Seorang murid harus memosisikan guru lebih tinggi dari teman sendiri sehingga ketika berbicara dengan guru tidak boleh sambil tertawa atau bersenyum yang berlebihan.

Ketujuh, tidak menunjukkan secara terang-terangan karena perbedaan pendapat dengan guru. Bisa saja seorang murid memiliki pendapat yang berbeda dengan guru. Jika ini memang terjadi, murid tidak perlu mengungkapkannya secara terbuka sehingga diketahui orang banyak. Lebih baik murid meminta komentar sang guru tentang pendapatnya yang berbeda. Cara ini lebih sopan dari pada menunjukkan sikap kontra dengan guru di depan teman-teman.

Kedelapan, tidak menarik pakaian guru ketika berdiri. Ketika guru hendak berdiri dari posisi duduk mungkin ia membutuhkan bantuan karena kondisinya yang sudah agak lemah. Dalam keadaan seperti ini, murid jangan sekali-kali menarik baju guru dalam rangka memberikan bantuan tenaga. Ia bisa berjongkok untuk menawarkan pundaknya sebagai tumpuan untuk berdiri; atau sesuai arahan guru.

Kesembilan, tidak menanyakan suatu masalah di tengah perjalanan hingga guru sampai di rumah. Jika ada suatu hal yang ingin ditanyakan kepada guru, terlebih jika itu menyangkut pribadi guru, tanyakan masalah itu ketika telah sampai di rumah. Tentu saja ini berlaku terutama kalau perjalanan dengan menaiki kendaraan umum.

Kesepuluh, tidak banyak mengajukan pertanyaan kepada guru ketika guru sedang lelah. Dalam keadaan guru sedang lelah, seorang murid hendaknya tidak mengajukan banyak pertanyaan yang membutuhkan jawaban pelik, misalnya. Dalam hal ini dikhawatirkan guru kurang berkenan menjawabnya sebab memang sedang lelah sehingga membutuhkan istirahat untuk memulihkan stamina.

Demikian kesepuluh adab murid terhadap guru sebagaimana dinasihatkan oleh Imam al-Ghazali.

Kajian Online - Pengajian Online - Kajian Parenting Islami

Kajian Online – Pengajian Online – Kajian Parenting Islami

share

Yuk Ikuti KaBar (Kajian Bareng) Utrujah Setiap Dua Pekan sekali Via Zoom Online!

Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap muslim, dan salah satu caranya adalah dengan menghadiri kajian rutin. Kajian ini sudah diikuti lebih daripada 160 orang, Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam KaBar Utrujah setiap dua pekan sekali, tepatnya setiap hari Jumat. Kajian ini adalah wadah untuk memperdalam ilmu agama, terutama untuk orangtua yang sedang bingung dan mendalami parenting zaman ini.

Kajian ini terbuka untuk siapa saja, baik yang baru belajar maupun yang ingin terus menambah ilmu. Selain ilmu yang bermanfaat, Anda juga bisa mempererat ukhuwah islamiyah. Dalam suasana penuh keberkahan, kita juga bisa berdiskusi dan bertanya langsung kepada Narasumber yang berpengalaman, yaitu Dukturoh Sarmini. Saat ini KaBar Utrujah sudah masuk di part 12, dan untuk setiap sesinya pastinya banyak ilmu yang bisa diambil, dan isinya “daging” semua.

“Barang siapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim).

“Jika seorang manusia meninggal, terputuslah amalnya, kecuali dari tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak shaleh yang berdoa untuknya.” (HR. Muslim)


“Ketahuilah bahwa sesungguhnya dunia itu terlaknat dan terlaknat pula isinya kecuali berdzikir kepada Allah dan ketaatan kepada-Nya, orang berilmu, dan orang yang belajar.” (Hasan: HR. At-Tirmidzi no. 2322).


“Sungguh kalian sekarang benar-benar berada di sebuah zaman yang banyak orang-orang faqihnya, sedikit para penceramahnya, banyak para pemberi, dan sedikit para peminta-minta. Amal di masa ini lebih baik daripada ilmu. Akan datang suatu zaman nanti di mana sedikit orang-orang faqihnya, banyak para penceramahnya, sedikit para pemberi, dan banyak para peminta-minta. Ilmu di masa itu lebih baik daripada amal.” (Shahih: HR. Ath-Thabrani no. 3111).

Jangan lewatkan kesempatan berharga ini! Catat waktunya dan ajak keluarga, teman, serta kerabat untuk bersama-sama menghadiri kajian ini. Semoga langkah kita dimudahkan menuju keberkahan Allah.

Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi [081336507210 : admin].

Metode Baca Alquran - Metode Baca Alquran Cepat - Cara Baca Alquran Pemula

Metode Baca Alquran – Metode Baca Alquran Cepat – Cara Baca Alquran Pemula

share

Alquran adalah Kalamullah yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW sebagai petunjuk untuk seluruh manusia. Sebagai umat islam sudah seyogyanya kita bisa dan mampu untuk membaca alquran karena bacaan dari sholat juga berasal dari Alquran. Sedangkan sholat merupakan ibadah wajib bagi setiap muslim. Jika sebagai pemula, maka kita perlu mencari metode ataupun cara baca alquran yang mudah dan cepat untuk bisa kita praktekkan.

Salah satu metode yang sedang viral saat ini adalah metode Utrujah. Metode Utrujah adalah metode cepat membaca dan menghafal alquran dengan mudah yang ditemukan oleh DR. Sarmini. Metode ini menggunakan media flashcard dan poster untuk pembelajarannya. Metode ini bisa digunakan untuk usia dini hingga dewasa.

DR. Sarmini telah menulis buku khusus yang membahas terkait metode Utrujah untuk masyarakat luas untuk mempermudah mereka mendalami metode ini, judul bukunya adalah Semangat Khatam Quran. Dan juga beliau aktif dalam memberi pelatihan untuk yang ingin mempelajari metode cepat baca dan hafal alquran ini.

Metode Utrujah ini bukan hanya sekedar teori, karena metode ini sudah diterapkan kepada anak anak beliau dan juga sudah dipakai di beberapa lembaga yang tersebar di seluruh Indonesia.